Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Huawei Technologies Co akan berhenti membuat chipset Kirin andalannya pada bulan depan. Hal ini karena tekanan AS terhadap raksasa teknologi China itu terus meningkat. Hal ini dilaporkan oleh majalah keuangan Caixin.
Dalam laporan majalah ini, Richard Yu, CEO Unit Bisnis Konsumen Huawei menyebut tekanan AS terhadap pemasok Huawei telah membuat divisi chip mereka yakni HiSilicon tidak mungkin untuk terus membuat chipset yang merupakan komponen utama untuk ponsel,.
Baca Juga: Wah, polisi London temukan ratusan sepeda curian senilai setengah miliar rupiah
Dengan hubungan AS-China yang kian memburuk, Washington mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk menekan Huawei, dengan alasan akan menyerahkan data kepada pemerintah China untuk dimata-matai.
Pada bulan Mei, Departemen Perdagangan AS mengeluarkan perintah yang mewajibkan pemasok perangkat lunak dan peralatan manufaktur untuk menahan diri dari berbisnis dengan Huawei tanpa terlebih dahulu mendapatkan lisensi.
"Mulai 15 September dan seterusnya, prosesor Kirin andalan kami tidak dapat diproduksi," kata Yu.
“Chip bertenaga AI kami juga tidak dapat diproses. Ini adalah kerugian besar bagi kami,” lanjut dia.
Baca Juga: Kasus baru corona di Singapura diyakini bakal segera turun signifikan, ini sebabnya
Divisi HiSilicon mengandalkan perangkat lunak dari perusahaan AS seperti Cadence Design Systems Inc atau Synopsys Inc untuk merancang chipnya dan menyerahkan produksinya ke Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), yang menggunakan peralatan dari perusahaan AS.
HiSilicon memproduksi berbagai macam chip termasuk jajaran prosesor Kirin, yang hanya mendukung smartphone Huawei dan merupakan satu-satunya prosesor China yang dapat menyaingi kualitas Qualcomm.
Baca Juga: Kantor perwakilan Beijing di Hong Kong menilai sanksi AS adalah tindakan konyol
"Huawei mulai menjelajahi sektor chip lebih dari 10 tahun yang lalu, mulai dari sangat tertinggal, sedikit tertinggal, mengejar, dan kemudian menjadi pemimpin," kata Yu.
“Kami menginvestasikan sumber daya yang sangat besar untuk R&D, dan melalui proses yang sulit,” ungkap dia.