Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Sejak Maret, Thailand berada di bawah pemerintahan sementara. Parlemen baru negara tersebut menghadapi kebuntuan setelah pemenang pemilihan, Partai Bergerak Maju (Move Forward), dihalangi oleh anggota parlemen konservatif. Ini membuat Pheu Thai, yang merupakan kekuatan besar, mengambil alih inisiatif.
Pheu Thai, partai dominan yang didirikan oleh keluarga miliarder Shinawatra dan telah memenangkan lima pemilihan dalam dua dekade terakhir, kini telah setuju untuk membentuk aliansi yang kontroversial dengan dua partai yang didukung oleh militer.
Militer ini telah menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh Thaksin dan saudara perempuannya, Yingluck, dalam kudeta tahun 2006 dan 2014.
Baca Juga: Hundreds join Thai anti-government protest
Pada hari Senin, Srettha, berusia 60 tahun, mengatakan bahwa Pheu Thai tidak berhasil mendapatkan mayoritas absolut yang mereka targetkan dalam pemilihan Mei.
Oleh karena itu, kesempatan mereka untuk berkuasa hanya bisa terwujud jika bersekutu dengan beberapa rival yang sebelumnya menolak kerjasama.
"Kami tidak berbohong pada rakyat, namun kami harus realistis," ujar Srettha. Dia mendapat dukungan dari 317 anggota parlemen dan memerlukan tambahan 58 suara dari Senat untuk mencapai dukungan minimal dari setengah anggota legislatif.