Sumber: Reuters |
NEW YORK. Minyak melonjak lebih dari 7% pada hari Rabu (29/10) kemarin seiring dengan dolar yang anjlok setelah The Federal Reserve (The Fed) memotong suku bunganya.
Pasar saham Eropa dan Asia ditutup lebih tinggi saat saham AS berputar-putar di perdagangan yang volatile setelah pemangkasan suku bunganya.
Minyak mentah AS naik US$ 4,77 atau 7,6% di US$ 67,50 per barel, kemudian naik lebih jauh hingga menyentuh US$ 68,28 di perdagangan post-settlement.
Sementara itu harga minyak London Brent Crude bertahan di US$ 5,18 per barel pada US$ 65,47.
"Saya tidak mengira hal ini akan berdampak pada permintaan minyak," kata Tim Evans, analis energi Citi Futures. Menurutnya, yang barangkali bisa dilakukan dalam situasi pelemahan dolar, yaitu men-support pasar saham, dan itu semua akan menjadi faktor pendorong harga minyak,"
Krisis finansial global telah menular pada permintaan minyak. Harga minyak mentah dunia telah tersungkur dari titik tertingginya US$ 147 per barel pada bulan Juli 2008 lalu setelah para pemilik modal mengguyurkan duitnya ke dalam minyak dan komoditi lainnya sebagai alat pelindung nilai dari inflasi dan kemerosotan dolar AS.
Menurut Energy Information Administration AS, persediaan minyak AS minggu lalu naik 500 ribu barel, lebih rendah ketimbang yang diprediksikan oleh analis yaitu sebesar 1,4 juta barel.
Hasil sulingan minyak naik 2,3 juta barel, sementara cadangan bahan bakar menciut 1,5 juta barel.
Permintaan bahan bakar masih terus menurun, sebesar 3,4% selama empat minggu terakhir. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, permintaan bahan bakar turun 7,8%.
Setelah menyetujui pemangkasan produksi 1,5 juta barel per hari, beberapa anggota OPEC telah mengatakan pada negara penghasil minyak, bahwa mereka bisa memangkas produksi lagi untuk mendukung harga minyak.
"Jika ada surplus di pasar, dan tidak ada yang membutuhkan produksi minyak, maka keputusan mesti diambil, kata Menteri Energi Kuwait, Minister Mohammad al-Olaim.
Presiden Venezuela Hugo Chavez juga sempat bilang, jika memang dibutuhkan untuk menstabilkan harga minyak mentah, Venezuela bersedia memotong produksi minyak.