Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
Pihak berwenang mengeluarkan peringatan dan perintah evakuasi untuk lebih dari 6 juta orang di seluruh Jepang ketika badai melepaskan hujan dan angin. Sekitar 100 cedera telah dilaporkan sejauh ini.
Badai, yang menurut pemerintah menjadi yang terkuat melanda Tokyo sejak tahun 1958 itu, membawa curah hujan yang memecahkan rekor di banyak daerah, termasuk kota resor populer Hakone, yang dihantam hujan 939,5 mm (37 inci) selama 24 jam.
Topan Hagibis, yang berarti "kecepatan" dalam bahasa Filipina Tagalog, mendarat di pulau utama Jepang Honshu pada Sabtu malam. Gempa berkekuatan 5,7 mengguncang Tokyo tak lama setelah itu.
Badan Meteorologi Jepang telah mengeluarkan tingkat siaga tertinggi untuk 12 prefektur di Jepang, memperingatkan potensi hujan paling deras satu dekade, tetapi kemudian mencabut lebih awal peringatan itu pada Minggu (13/10).
Baca Juga: Pasar properti Singapura ramai diserbu warga China
Baru bulan lalu, badai besar lainnya, Topan Faxai, menghancurkan atau merusak 30.000 rumah di Chiba, sebelah timur Tokyo, dan menyebabkan pemadaman listrik yang luas.
Bandara-bandara utama ibu kota Jepang yakni Haneda dan Narita, menghentikan penerbangan dari pendaratan dan kereta penghubung ditangguhkan, memaksa pembatalan lebih dari seribu penerbangan.
Banyak orang di dan sekitar Tokyo berlindung di fasilitas evakuasi sementara, sebelum badai terburuk tiba.
Yuka Ikemura, seorang guru berusia 24 tahun, berada di salah satu fasilitas seperti itu di sebuah pusat komunitas di timur Tokyo dengan putranya yang berusia 3 tahun, anak perempuan berusia 8 bulan dan kelinci peliharaan mereka.
Dia memutuskan untuk pindah ke tempat evakuasi sebelum terlambat. "Saya punya anak-anak kecil yang harus diurus dan kami tinggal di lantai pertama sebuah apartemen tua," kata Ikemura kepada Reuters.
Baca Juga: Luhut minta Jepang jangan dikte Indonesia soal kereta cepat Jakarta-Surabaya