Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Badan pangan PBB atau World Food Programme (WFP) terpaksa menghentikan pengiriman bantuannya ke Gaza utara karena situasi keamanan semakin tidak terkendali.
WFP mengakui bahwa keputusan itu diambil dengan berat hari, karena berisiko menyebabkan banyak orang meninggal karena kelaparan.
Di sisi lain, WFP juga mempertimbangkan keselamatan dan keamanan bagi orang-orang yang menerima bantuan pangan.
Melansir Al Jazeera, WFP pertama kali menghentikan pengiriman ke Gaza utara tiga minggu lalu setelah truk bantuannya dihantam serangan pasukan Israel.
Baca Juga: Lebih dari 29.000 Warga Palestina Terbunuh dalam Serangan Israel di Gaza
Minggu ini WFP mencoba melanjutkan pengiriman, namun mengatakan konvoi pada hari Minggu dan Senin menghadapi tembakan dan kerumunan orang yang kelaparan melucuti barang-barang dan memukuli seorang sopir.
WFP mengatakan bahwa timnya menyaksikan tingkat keputusasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah utara selama dua hari terakhir.
Di tengah kondisi itu, WFP masih berupaya pengiriman sesegera mungkin sambil meningkatkan volume makanan yang dikirim. WFP juga mengupayakan pembukaan titik persimpangan untuk bantuan langsung ke Gaza utara dari Israel.
Baca Juga: Amerika Serikat Kembali Gunakan Hak Veto untuk Gagalkan Gencatan Senjata di Gaza
Berhentinya pengiriman bantuan ini juga terjadi di tengah penurunan tajam masuknya truk bantuan ke seluruh Gaza.
Kantor Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menunjukkan, jumlah rata-rata truk bantuan yang memasuki Gaza telah menurun dari 140 truk per hari di bulan Januari menjadi 60 truk per hari di bulan Februari.
Israel saat ini masih mengontrol pintu masuk ke Gaza dan hanya membuka satu penyeberangan ke wilayah tersebut. Situasi ini terus berlanjut meski mendapat tekanan dari banyak pihak, termasuk Mahkamah Internasional.
Banyak badan PBB yang juga mengatakan bahwa prosedur Israel yang rumit telah memperlambat penyeberangan truk bantuan. Di saat yang sama, massa sayap kanan Israel memblokir truk di pintu masuk Kerem Shalom ke Gaza selatan.
Dalam aksi unjuk rasanya, massa tersebut mengatakan bahwa rakyat Palestina tidak boleh diberikan bantuan.