Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat pada hari Selasa (20/2) benar-benar menggunakan hak veto untuk memblokir rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang perang Israel-Hamas.
Tiga belas anggota Dewan Keamanan PBB memberikan suara mendukung rancangan undang-undang yang disusun Aljazair, sementara Inggris abstain.
Ini merupakan kali ketiga AS menggunakan hak veto terhadap rancangan resolusi gencatan senjata sejak dimulainya konflik pada 7 Oktober 2023. Sebelum ini AS menggunakan hak vetonya untuk memblokir amandemen rancangan resolusi pada bulan Desember.
Baca Juga: PBB: Serangan Israel ke Rafah Bisa Memicu Pembantaian
Duta Besar Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, mengatakan bahwa tindakan menolak resolusi menunjukkan ada pihak yang mendukung aksi kekerasan di Gaza.
"Keputusan yang mendukung rancangan resolusi ini berarti dukungan terhadap hak hidup warga Palestina. Sebaliknya, memberikan suara yang menentangnya berarti mendukung kekerasan brutal dan hukuman kolektif yang dijatuhkan kepada mereka," kata Bendjama, dikutip Reuters.
Kecaman juga datang dari utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, yang menyebut Israel selalu dibiarkan melakukan pembunuhan.
"Pesan yang diberikan hari ini kepada Israel dengan hak veto ini adalah bahwa mereka dapat terus lolos dari pembunuhan," kata Mansour.
Baca Juga: Israel Akan Menggempur Rafah Jika Sandera Tak Dibebaskan Sebelum Ramadan
Keputusan AS untuk memveto rancangan undang-undang yang diajukan Aljazair telah diprediksi sejak akhir pekan lalu.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, pada hari Sabtu (17/2) mengatakan bahwa AS akan memveto rancangan resolusi tersebut karena khawatir akan membahayakan perundingan antara AS, Mesir, Israel dan Qatar.
Empat negara itu saat ini sedang berupaya menengahi jeda perang dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Pasca pemungutan suara hari Selasa, Thomas-Greenfield menilai bahwa kesepakatan yang mengharuskan Hamas melepaskan sandera tidak akan menghasilkan perdamaian.
Baca Juga: AS Diprediksi Akan Kembali Menggagalkan Upaya Gencatan Senjata di Gaza
"Menuntut gencatan senjata segera dan tanpa syarat yang mengharuskan Hamas melepaskan sandera tidak akan menghasilkan perdamaian yang langgeng. Sebaliknya, hal itu bisa memperpanjang pertempuran antara Hamas dan Israel," katanya.
Proposal yang diajukan Aljazair menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera dan pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat.
Hingga hari Senin (19/2), Kementerian Kesehatan Gaza telah mencatat lebih dari 29.000 warga Palestina yang terbunuh dalam serangan Israel di Gaza.
Angka tersebut sekaligus membuat serangan Israel menjadi salah satu operasi militer paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah modern. Angka itu tentu masih akan bertambah karena Israel sama sekali belum mengendurkan serangan.