kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Trump akan kucurkan US$ 12 miliar bagi petani AS untuk menghadapi perang dagang


Rabu, 25 Juli 2018 / 07:20 WIB
Trump akan kucurkan US$ 12 miliar bagi petani AS untuk menghadapi perang dagang
ILUSTRASI. ilustrasi impor Gandum


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - KANSAS CITY. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump serius menggencarkan perang dagang. Salah satu upaya AS untuk mengurangi beban dalam negeri adalah lewat bantuan US$ 12 miliar bagi para petani AS yang diumumkan kemarin.

Langkah ini menjadi bantalan politik, terutama di negara bagian rural dan pertanian. Di negara-negara bagian ini, para petani dan wakil rakyat mengkritik kebijakan perang dagang Trump yang menyulitkan ekspor produk pertanian.

Kebijakan Trump makin tertekan menjelang pemilihan kongres pada bulan November. Dalam pidatonya di Kansas City, Trump menegaskan kebijakan tarif dan berjanji bahwa para petani akan menjadi pihak yang diuntungkan. "Bersabarlah," kata Trump.

Paket bantuan ini hanya menjadi pendorong sementara selama negosiasi perdagangan AS dan China. "Ini jelas adalah solusi jangka pendek yang memberi waktu bagi Presiden Trump untuk menentukan kebijakan perdagangan jangka panjang," kata Sonny Perdue, Menteri Pertanian AS seperti dikutip Reuters.

Perdue mengatakan, bantuan ini tidak akan didanai lewat Commodity Credit Corporation yang ada di bawah Departemen Pertanian AS sehingga tidak memerlukan persetujuan Kongres. Commodity Credit Corporation memiliki otoritas yang luas untuk mengucurkan pinjaman dan pembayaran langsung ke petani AS ketika harga jagung, kedelai, gandum dan komoditas pertanian lainnya turun.

Sama seperti kebijakan pemerintah lainnya, rencana ini memicu pro dan kontra. "Senang melihat pemerintah menyediakan bantuan kepada petani y ang terdampak tarif balasan," kata Kevin Cramer yang bersiap maju dalam pemilihan November mendatang.

"Perang dagang ini memotong kaki petani dan rencana pemerintah adalah membelanjakan US$ 12 miliar untuk membeli kruk emas," kata Senator Ben Sasse dari Partai Republik yang seringkali mengkritik Trump.

"Tarif adalah pajak yang menekan konsumen dan produsen Amerika. Jika tarif menekan petani, jawabannya bukan pada bantuan bagi petani, tapi menghilangkan tarif," kata Rand Paul, Senator Kentucky dari Partai Republik.

Petani menjadi pihak yang tertekan pada perang dagang Trump. AS menerapkan tarif impor aluminium dan baja yang besar, termasuk bagi China, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko. 

Beberapa negara yang terkena tarif impor baja  dan aluminium dari AS, menerapkan tarif balasan, terutama untuk produk-produk pertanian, termasuk kedelai, produk susu, daging, makanan segar, dan minuman keras.

Tahun lalu, AS mengekspor US$ 138 miliar produk pertanian. Dari total angka tersebut, sekitar US$ 21,5 miliar adalah ekspor kedelai yang merupakan angka terbesar komoditas pertanian. Menurut data Departemen Pertanian AS, China mengimpor US$ 12,3 miliar kedelai AS di tahun lalu.

Scott Irwin, ekonomis pertanian University of Illinois mengatakan, nilai pembayaran ke petani akibat perang dagang ini belum pernah terjadi sebelumnya. "AS tidak pernah memberi kompensasi petani secara langsung dalam jumlah sebesar ini akibat tarif balasan," kata Irwin.

Blake Hurst, petani jagung dan kedelai, serta presiden Missouri Farm Bureau mengatakan, kecuali pemerintah mengubah kebijakan, industri pertanian AS akan tetap menghadapi kesulitan.

"Pembayaran ini akan membantu petani menghadapi pinjaman jatuh tempo, tapi sangat tidak cukup jika ditujukan untuk menghadapi perang tarif," kata dia.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×