Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden terpilih AS Donald Trump mengkritik penggunaan rudal yang dipasok AS oleh Ukraina untuk serangan jauh ke wilayah Rusia.
Hal tersebut Trump ungkapkan dalam sebuah wawancara dengan majalah Time yang diterbitkan pada hari Kamis (12/12/2024).
Pernyataannya tersebut menunjukkan bahwa ia dapat mengubah kebijakan AS terhadap Ukraina.
"Apa yang terjadi sungguh gila. Gila. Saya sangat tidak setuju dengan pengiriman rudal ratusan mil ke Rusia. Mengapa kita melakukan itu? Kita hanya meningkatkan perang ini dan memperburuknya. Itu seharusnya tidak boleh dilakukan," kata Trump dalam sebuah wawancara untuk menandai penobatannya sebagai Tokoh Tahun Ini oleh Time seperti yang dikutip Reuters.
Presiden Joe Biden bulan lalu mencabut larangan AS terhadap Ukraina untuk penggunaan rudal jarak jauh yang dipasok AS untuk serangan jauh ke dalam Rusia. Ini merupakan upaya terbarunya dalam meningkatkan kemampuan Kyiv dalam pertempuran untuk mengusir pasukan invasi Rusia dari negaranya.
Baca Juga: AS Umumkan Paket Bantuan Senjata Baru Untuk Ukraina Senilai US$ 500 Juta
Keputusan itu diambil setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy meminta kepada Gedung Putih dengan mengutip pengerahan 15.000 tentara Korea Utara oleh Rusia di sepanjang garis depan, sebagai alasan utama mengapa Biden berubah pikiran.
Trump mengatakan bahwa ia ingin segera mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun itu. Akan tetapi ia merahasiakan perinciannya.
Trump mengatakan kepada Time bahwa ia memiliki rencana yang sangat bagus untuk membantu.
"Tetapi jika diungkapkan sekarang, rencana itu akan menjadi sia-sia," jelasnya.
Ketika didesak apakah ia akan meninggalkan Ukraina, Trump berkata: "Saya ingin mencapai kesepakatan, dan satu-satunya cara untuk mencapai kesepakatan adalah dengan tidak meninggalkannya."
Ia mengatakan masuknya pasukan Korea Utara ke dalam situasi itu merupakan faktor yang sangat rumit.
Baca Juga: China Siapkan Senjata Melawan Tarif Donald Trump, Ini yang Akan Dilakukan
Trump, yang akan menjabat pada 20 Januari, bertemu dengan Zelenskiy dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris akhir pekan lalu.
Janji Trump untuk segera mengakhiri konflik telah menimbulkan kekhawatiran di Kyiv bahwa hal itu sebagian besar dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan Moskow.
Sumber-sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Zelenskiy menggunakan pertemuan tersebut untuk menjelaskan kebutuhan Ukraina akan jaminan keamanan dalam setiap negosiasi untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Ia telah lama berupaya menjadi anggota NATO.
Trump mengatakan kepada Time bahwa jumlah orang yang tewas dalam konflik tersebut, terutama pada bulan lalu, "mengejutkan."
"Saya berbicara dari kedua belah pihak. Sungguh menguntungkan kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah ini," katanya.
Perang memasuki apa yang menurut beberapa pejabat Rusia dan Barat dapat menjadi fase terakhir dan paling berbahaya karena pasukan Moskow bergerak maju dengan kecepatan tercepat sejak minggu-minggu awal konflik.
Tonton: Mengaku Akrab, Donald Trump Undang Xi Jinping untuk Menghadiri Pelantikannya
Rusia menembakkan rudal balistik hipersonik yang dikenal sebagai Oreshnik ke kota Dnipro, Ukraina, pada 21 November. Presiden Vladimir Putin menyatakan tindakan tersebut sebagai respons atas penggunaan pertama rudal balistik ATACM AS dan Storm Shadows Inggris oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia dengan izin dari Barat.
Washington mengatakan lebih banyak pengiriman ekspor pertahanan udara AS ke Ukraina sedang dalam perjalanan ke negara tersebut.
Amerika Serikat Sabtu lalu meluncurkan paket bantuan senilai US$ 988 juta berupa senjata dan peralatan baru untuk Ukraina.
Ketika ditanya apakah ia telah berbicara dengan Putin sejak kemenangannya, Trump menolak menjawab, dengan mengatakan:
"Saya tidak dapat memberi tahu Anda. Saya tidak dapat memberi tahu Anda. Itu tidak pantas," ujarnya.