Sumber: Russia Today | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali membuat pernyataan kontroversial terkait kebijakan tarif impor. Ia menyarankan negara-negara yang tidak senang dengan tarif tinggi Amerika Serikat untuk berhenti berdagang dengan Negeri Paman Sam.
Russian Today mengutip pernyataan Trump yang disampaikan di pesawat kepresidenan Air Force One, Jumat (11/4) lalu , Trump menegaskan bahwa tarif yang diberlakukan pemerintahannya adalah langkah yang "tepat" dan telah membuat ekonomi AS semakin kuat.
"Kalau mereka merasa tarif terlalu tinggi, mereka bisa memilih untuk tidak berbisnis dengan kita. Itu hak mereka," ujarnya kepada wartawan, Jumat waktu setempat. "Kita bisa menetapkan tarif, dan mereka bisa memilih untuk membayarnya atau tidak berdagang sama sekali."
Trump mengklaim bahwa kebijakan tarifnya telah menghasilkan "miliaran dolar sehari" bagi AS. Ia juga menepis kekhawatiran soal gejolak pasar saham akibat ketegangan dagang yang meningkat, dengan menyebut dirinya "sangat ahli" dalam menangani masalah pasar.
Kebijakan terbaru yang diumumkan Trump adalah pemberlakuan tarif “timbal balik” yang lebih ketat terhadap hampir 90 negara. Namun, beberapa jam kemudian, ia mengumumkan penangguhan selama 90 hari dan menurunkan tarif dasar menjadi 10%. Kebijakan ini tidak berlaku bagi China, yang tetap dikenai bea masuk tinggi hingga 145% di tengah perang dagang kedua negara.
Baca Juga: Trump Kerek Tarif Impor Aluminium dan Baja Jadi 25%, Berlaku Mulai 4 Maret 2025
Dalam jamuan makan malam Komite Kongres Nasional Republik (NRCC), Trump bahkan mengklaim banyak negara kini berupaya melobi agar tarif terhadap mereka dikurangi. "Puluhan negara menelepon kami, mencium pantat saya, demi negosiasi tarif yang lebih ringan," kata Trump blak-blakan.
Meski sempat mengguncang pasar saham AS hingga menyebabkan kerugian triliunan dolar dalam hitungan hari, keputusan Trump untuk menurunkan sebagian besar tarif menjadi 10% disebut telah memicu pemulihan pasar dalam waktu singkat.
Saat ditanya soal risiko terhadap posisi dolar AS sebagai mata uang global, Trump menjawab singkat, "Dolar akan selalu menjadi mata uang pilihan. Satu panggilan telepon saja, mereka akan kembali menggunakannya."