Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Nilai transaksi turis Tiongkok di gerai-gerai Sa Sa merosot 50,8%, sedang transaksi pelanggan lokal turun 9,1%.
Protes anti-pemerintah telah mengguncang Hong Kong selama lebih dari tujuh bulan, yang sudah meminta korban besar dari perekonomian bekas jajahan Inggris itu, khususnya sektor pariwisata dan ritel.
"Karena sewa gerai adalah salah satu pengeluaran operasional terbesar, kami mulai mengurangi jaringan sesuai kinerja gerai, kondisi bisnis di setiap distrik, dan tingkat pengurangan sewa," ujar Simon Kwok, Chairman Sa Sa, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Ironi orang terkaya Hong Kong: Dicurigai China, dibenci para pengunjuk rasa
Jaringan ritel kosmetik dan perawatan kulit ini akan bernegosiasi dengan pemilik lahan untuk pengurangan sewa dalam upaya untuk mengembalikan keuntungan. Sa Sa mengoperasikan 265 gerai termasuk 115 toko di Hong Kong dan Makau.
Badan Pariwisata Hong Kong (HKTB) menyatakan, kunjungan wisatawan asing tahun lalu hanya 55,9 juta orang, turun 14,2% dari tahun sebelumnya.
Sejatinya, jumlah turis asing meningkat 13,9% di kuartal satu, tetapi jatuh hingga 39,1% di triwulan kedua, ketika protes anti-pemerintah menjerumuskan Hong Kong ke dalam krisis.
Baca Juga: Setelah cabang dirusak, HSBC akan hentikan layanan malam di beberapa ATM di Hong Kong
"Industri pariwisata Hong Kong telah menghadapi tantangan luar biasa selama setahun terakhir," kata Chariman HKTB YK Pang, Rabu (15/1), seperti dilansir Reuters.
Asosiasi Manajemen Ritel Hong Kong (HKMA) memperkirakan, sekitar 7.000 gerai atau lebih dari satu dari 10 pengecer terpaksa tutup dalam enam bulan ke depan.
Penjualan ritel Hong Kong turun 23,6% pada November 2019 lalu, melanjutkan penurunan bulanan kesepuluh berturut-turut.