Sumber: Reuters | Editor: Rizki Caturini
WARSAWA. Twitter Inc telah menonaktifkan sekitar 360.000 akun Twitter yang dianggap mengancam atau berbau aktivitas teroris sejak pertengahan 2015. Media sosial ini sebelumnya mendapatkan kecaman dari Washington dan pihak lain karena dianggap tidak cukup beraksi menghentikan akun yang terkait dengan militan Negara Islam.
Manajemen Twitter mengaku setiap hari telah mensuspensi akun yang dianggap terkoneksi dengan terorisme. Jumlahnya meningkat 80% sejak tahun lalu. Twitter bergantung pada laporan pengguna Twitter lainnya untuk mengindentifikasi akun yang dicurigai menyebarkan teror. Untuk itu perusahaan ini juga telah menambah staf yang bertugas meninjau laporan-laporan tersebut.
Manajemen Twitter bilang, sistem algoritma tidak bisa mengindentifikasi propaganda ekstrimis yang menggunakan akun Twitter. Selain dari laporan pengguna, Twitter hanya bergantung pada alat anti-spam yang membantu mengidentifikasi pengguna akun yang sudah dicabut untuk maksud menyebar teror dengan mengunakan akun lainnya.
"Pekerjaan kami belum selesai. Kami masih terus berusaha untuk membuat hasil yang berarti mengurangi kegiatan menyebar ancaman seperti ini di Twitter," kata manajemen perusahaan yang memasang pengumuman di blognya, kemarin (18/8).