Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. AstraZeneca Plc akhirnya menghentikan uji coba global terhadap vaksin virus corona yang sedang dikembangkannya. Penghentian uji coba yang sudah masuk tahap akhir ini dilakukan setelah seorang relawan sakit yang tidak dijelaskan secara gamblang oleh perusahaan.
Akibat penghentian uji coba ini, saham AstraZeneca pun langsung turun lebih dari 8% setelah jam kerja perdagangan bursa Amerika Serikat. Sementara saham pengembang vaksin saingannya Moderna Inc melesat naik lebih dari 4%.
Koreksi saham juga terjadi pada anak usaha AstraZeneca di India. Di mana, saham AstraZeneca Pharma India Ltd yang berada di bursa India jatuh lebih dari 12% pada Rabu (9/9).
Vaksin yang disebut AZD1222 ini sedang dalam uji klinis tahap akhir di AS, Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan dan uji coba tambahan direncanakan di Jepang dan Rusia. Uji coba tersebut bertujuan untuk mendaftarkan hingga 50.000 peserta secara global.
Baca Juga: AstraZeneca dan Oxford stop ujicoba vaksin corona, menyusul efek samping relawan
Korea Selatan mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka akan memeriksa penangguhan dan meninjau rencananya untuk berpartisipasi dalam pembuatan vaksin tersebut.
"Tidak jarang uji klinis ditangguhkan karena berbagai faktor berinteraksi," kata pejabat kementerian kesehatan Yoon Tae-ho dalam penjelasan singkatnya.
Vaksin virus corona yang dikembangkan bersama Universitas Oxford ini, telah digambarkan oleh WHO sebagai kandidat utama bagi vaksin virus corona dan yang paling maju dalam hal pengembangan.
Penangguhan uji coba tersebut meredupkan prospek peluncuran awal vaksin di tengah laporan bahwa Amerika Serikat (AS) berniat memberikan persetujuan sebelum pemilihan presiden dilakukan pada 3 November.
Produsen obat Inggris itu menegaskan bahwa mereka secara sukarela menghentikan uji coba untuk memungkinkan komite independen meninjau data keamanan, dan bekerja untuk mempercepat peninjauan guna meminimalkan potensi dampak pada jadwal uji coba.
"Ini adalah tindakan rutin yang harus dilakukan setiap kali ada penyakit yang berpotensi tidak dapat dijelaskan di salah satu peserta uji coba," kata perusahaan itu dalam email pernyataan yang dikutip Reuters.
Penyakit yang terjadi pada relawan uji coba ini tidak diungkapkan, meskipun peserta diharapkan pulih, menurut Stat News, yang pertama kali melaporkan penangguhan karena "reaksi merugikan yang diduga serius".
Baca Juga: Istana jelaskan maksud pembentukan tim percepatan pengembangan vaksin Covid-19
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mendefinisikan peristiwa ini sebagai peristiwa yang membuktikan kemungkinan hubungan dengan obat yang sedang diuji.
Menurut laporan New York Times yang mengutip seseorang yang mengetahui situasi tersebut, seorang peserta yang berbasis di Inggris ditemukan menderita myelitis transversal, sindrom peradangan yang mempengaruhi sumsum tulang belakang dan sering dipicu oleh infeksi virus.
Apakah penyakit itu terkait langsung dengan vaksin AstraZeneca masih belum jelas, kata laporan itu. AstraZeneca menolak mengomentari laporan tersebut.
Keputusan untuk menunda uji coba telah mempengaruhi uji klinis yang dilakukan oleh pembuat vaksin lain, yang mencari tanda-tanda reaksi serupa, kata Stat.
Institut Kesehatan Nasional AS yang menyediakan dana untuk uji coba AstraZeneca, menolak berkomentar.
Moderna mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email bahwa mereka "tidak mengetahui dampak apa pun" terhadap studi vaksin Covid-19 yang sedang berlangsung saat ini.
Sembilan pengembang vaksin terkemuka AS dan Eropa berjanji pada hari Selasa untuk menegakkan standar keamanan dan kemanjuran ilmiah untuk vaksin eksperimental mereka meskipun ada urgensi untuk menahan pandemi virus corona.
Baca Juga: Terkait corona, AS keluarkan peringatan level 3 bagi warganya yang masuk ke Indonesia
Perusahaan-perusahaan tersebut, termasuk AstraZeneca, Moderna dan Pfizer, mengeluarkan apa yang mereka sebut sebagai "janji bersejarah" setelah muncul kekhawatiran bahwa standar keselamatan mungkin tergelincir dalam menghadapi tekanan politik untuk segera mengeluarkan vaksin.
Perusahaan mengatakan mereka akan "menjunjung integritas proses ilmiah saat mereka bekerja menuju potensi pengajuan peraturan global dan persetujuan vaksin Covid-19 pertama."
Penandatangan lainnya adalah Johnson & Johnson, Merck & Co, GlaxoSmithKline, Novavax Inc, Sanofi dan BioNTech.