Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BRUSSELS/BEIJING/WASHINGTON. Uni Eropa memutuskan menunda langkah balasan atas kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, setelah Trump melunakkan sebagian besar tarif tinggi yang baru ia tetapkan sehari sebelumnya.
Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Kamis (10/4).
Pemerintah AS saat ini tengah mempertimbangkan lebih dari selusin tawaran negosiasi dagang dari berbagai negara.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan bahwa AS hampir mencapai kesepakatan dengan beberapa negara terkait tarif tersebut.
Baca Juga: Uni Eropa Resmi Balas Tarif AS, Berlakukan Bea 25% Mulai 15 April
"USTR telah menginformasikan bahwa ada sekitar 15 negara yang sudah menyampaikan tawaran eksplisit. Kami sedang mempelajarinya untuk memutuskan apakah layak disampaikan kepada Presiden," ujar Hassett kepada wartawan di Gedung Putih.
Hassett menambahkan bahwa para pengambil kebijakan perdagangan di pemerintahan Trump akan bertemu untuk menentukan prioritas dalam negosiasi yang sedang berjalan.
Sebelumnya, Uni Eropa berencana menerapkan tarif balasan terhadap produk-produk AS senilai 21 miliar euro (sekitar US$ 23,25 miliar) mulai Selasa pekan depan.
Langkah ini merupakan respons terhadap tarif 25% yang diberlakukan Trump atas baja dan aluminium.
UE masih akan mengevaluasi langkah balasan untuk tarif mobil serta tarif umum 10% yang tetap diberlakukan.
"Kami ingin memberi ruang untuk negosiasi," tulis von der Leyen melalui akun X (sebelumnya Twitter).
"Meski kami telah merampungkan adopsi langkah balasan yang didukung negara anggota, kami akan menundanya selama 90 hari."
Baca Juga: Trump Dicurigai 'Main Mata' di Pasar Saham Setelah Ubah Kebijakan Tarif Mendadak
Langkah mendadak Trump untuk menunda sebagian besar tarifnya disambut lega oleh pasar global yang sempat goyah.
Kebijakan ini juga meredakan kekhawatiran para pemimpin dunia, meskipun Trump tetap meningkatkan tekanan terhadap China.
Tarif terhadap produk impor China dinaikkan menjadi 125% dari sebelumnya 104%.
Trump juga menandatangani perintah eksekutif untuk mengurangi dominasi China dalam industri pelayaran global dan mendorong kebangkitan industri galangan kapal AS.
Perang Dagang Memanas
China merespons keras langkah AS. Juru bicara Kementerian Perdagangan China, He Yongqian, menegaskan bahwa Beijing menolak "ancaman dan pemerasan" dari Washington. Ia menambahkan bahwa China siap berunding, namun harus atas dasar saling menghormati.
China sebelumnya sudah menaikkan tarif atas produk AS hingga 84% untuk menandingi langkah AS. Tidak menutup kemungkinan, Beijing kembali menaikkan tarif sebagai bentuk balasan lanjutan.
Baca Juga: Trump Diduga Ambil Keuntungan dari Manipulasi Pasar, Senator AS Desak Investigasi
Sementara Trump mengklaim tarif ini bertujuan memperbaiki defisit neraca perdagangan AS, ia juga menyatakan peluang untuk menyelesaikan ketegangan dagang dengan China masih terbuka.
Namun, fokus negosiasi saat ini akan diarahkan ke negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam yang telah menyampaikan minat untuk mencapai kesepakatan dagang.
Pasar Global Berfluktuasi
Keputusan Trump menahan tarif disambut positif di bursa saham. Indeks saham AS melonjak dan sentimen positif menyebar ke pasar Asia dan Eropa pada Kamis.
Namun, pasar minyak justru terkoreksi 2% seiring kekhawatiran berlanjutnya perang dagang AS-China yang bisa memicu resesi.
Bank sentral Eropa pun masih berhati-hati. Anggota Dewan Gubernur ECB, Francois Villeroy de Galhau, menyebut bahwa perkembangan terbaru "tidak seburuk sebelumnya", namun ketidakpastian tetap menjadi ancaman bagi pertumbuhan.
Baca Juga: Trump Tunda Kebijakan Tarif Selama 90 Hari, Apa yang Perlu Dilakukan Indonesia?
Pelaku industri juga menyambut keputusan Trump dengan hati-hati. Ketua asosiasi anggur dan minuman keras Prancis (FEVS), Nicolas Ozanam, menyebut penundaan tarif sebagai "kabar setengah baik".
Ia menjelaskan bahwa penangguhan tarif memungkinkan pengusaha Prancis kembali mengekspor dengan beban tarif yang lebih ringan, namun jendela waktu 90 hari dinilai terlalu sempit. Ditambah lagi, bea masuk sebesar 10% masih berlaku.
"Ini tetap akan menyebabkan kenaikan harga dan penurunan konsumsi di pasar AS," ujarnya kepada Reuters.