Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Rizki Caturini
NEW YORK. Unilever mempersiapkan diri untuk menjual beberapa merek makanan. Dari aksi tersebut perusahaan ini diperkirakan bisa meraih dana segar 6 miliar setara dengan US$ 7,44 miliar.
Sunday Times seperti dikutip Reuters melaporkan Unilever berniat menjual divisi margarin bermerek seperti Flora, Bertolli dan Stork. Seorang sumber menyebut, beberapa perusahaan private equity yang ditunjuk telah mulai bekerja menawarkan merek bisnis Unilever. Private equity tersebut diantaranya, Bain Capital, CVC dan Clayton Dubilier and Rice.
Sumber itu bilang, Kraft Heinz menjadi calon pembeli potensial. Sayang, Unilever tidak merespon pertanyaan Reuters soal rencana penjualan merek makanan itu.
Divisi margarin Unilever ini memiliki pangsa pasar kurang dari sepertiga dari seluruh pasar margarin global. Divisi margarin ini sejak tahun 2014 telah menjadi entitas sendiri. Divisi ini menghasilkan pendapatan sebesar 480 juta atau setara 4% dari total pendapatan yang dihasilkan oleh Unilever. Selain melepas bisnis margarin, Unilever juga berencana membeli kembali saham dan membayar dividen.
Strategi baru
Unilever meninjau lagi bisnisnya setelah pada bulan lalu, produsen bumbu sup Knorr, sabun Dove dan es krim Ben & Jerry tersebut penawaran menolak akuisisi dari Kraft Heinz. Padahal penawaran akuisisi oleh Kraft mencapai US$ 143 miliar.
Unilever justru memilih me-review kembali bisnisnya agar tetap bisa memberi keuntungan bagi pemegang saham. Beberapa strategi yang dilakukan antara lain mengakuisisi perusahaan berskala medium dan memotong biaya secara agresif. Hasil review ini akan diumumkan Unilever dalam beberapa minggu mendatang.
Sebelumnya sumber Financial Times mengatakan, Unilever akan menerapkan langkah radikal pada bisnis makanan. Salah satunya dengan merger anak usaha makanan. Misalnya Lipton dan Knorr dilepas dari personal care. Asal tahu saja, lini bisnis makanan menyumbang sekitar 43% dari total pendapatan Unilever.
Rencana akuisisi Kraft atas saham Unilever memicu komentar dari Lord Paul Myners, mantan Financial Services Secretary Inggris. Dia mengharapkan pemerintah tegas untuk melindungi perusahaan berharga dari perusahaan asing. Pasalnya, perusahaan seperti Unilever mempekerjakan ribuan orang di Inggris.
Karena itu, Meyners berharap harus melindungi para pemegang saham jangka pendek. Kata dia, aturan akuisisi perusahaan di Inggris paling permisif di dunia. "Mereka tidak melakukan apa-apa untuk mencegah perusahaan seperti Kraft Heinz menghasilkan keuntungan sangat cepat. Apakah pemerintah benar melakukan cuci gudang seperti ini baik bagi perekonomian nasional dan masyarakat pada umumnya," ujar dia.
Kurs poundsterling yang murah membuat banyak perusahaan Inggris ditawar oleh perusahaan asing pada 2017.