Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Aksi terbaru soal perang dagang ditandai dengan ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk kembali mengenakan tarif tambahan pada produk impor China senilai US$ 250 miliar. Hal ini dinilai bisa menekan permintaan minyak global.
Dilansir dari Reuters, analis Bank Of America Merill Lynch mencatat bahwa aksi Trump ini bisa memacu China untuk mengambil sejumlah opsi dalam melakukan aksi balasan.
Baca Juga: Tren konsolidasi rebound, harga minyak sulit tembus US$ 70 per barel di 2019
Termasuk untuk membeli minyak dari Iran. Padahal hal tersebut telah dilarang oleh pemerintahan Trump sebagai bagian dari sanksi yang diberikan pada Iran.
Selain itu, hal ini juga berpotensi menurunkan patokan harga minyak mentah Brent sebesar US$ 20 hingga US$ 30 per barel.
“Pertumbuhan konsumsi minyak global sedang berjalan di level terlemah dalam hampir satu dekade. Sementara kebijakan proteksionisme telah mengambil dampak besar pada aktivitas industri global," tulis analis Bank Of America dalam catatanya.
Baca Juga: Trump sebut tarif impor produk China akan mengembalikan lapangan kerja di AS, yakin?
"Kami memperkirakan bahwa putaran terakhir terkait tarif AS terhadap produk China dapat melemahkan permintaan minyak global dengan tambahan 250 hingga 500 ribu barel per hari," lanjutnya.
Di samping itu, potensi China memulai kembali membeli minyak mentah Iran dapat membuat harga minyak makin jatuh.
Baca Juga: Wall Street merosot ke level terendah satu bulan gara-gara Trump