kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usai Terkapar akibat Tensi Panas Taiwan, Harga Bitcoin Kembali Bangkit


Rabu, 03 Agustus 2022 / 14:17 WIB
Usai Terkapar akibat Tensi Panas Taiwan, Harga Bitcoin Kembali Bangkit
ILUSTRASI. Harga Bitcoin kembali bangkit menembus level US$ 23.000 pada Rabu (3/8/2022) siang.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Harga Bitcoin kembali bangkit menembus level US$ 23.000 pada Rabu (3/8) siang, setelah jatuh ke kisaran US$ 22.700 akibat tensi di Selat Taiwan. 

Mengacu CoinMarketCap pada Rabu pukul 13.50 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 23.018,92 atau naik tipis 0,41% dalam 24 jam terakhir.

Pada Selasa (2/8) malam, harga Bitcoin sempat menyentuh 23.400 tapi kemudian terjungkal ke kisaran US$ 22.700 pada Rabu pagi.

Kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan membuat trader khawatir perjalanan itu bisa meningkatkan ketegangan antara China dan Amerika Serikat serta memiliki efek negatif pada pasar global.

Baca Juga: Harga Bitcoin Turun 3 Hari Berturut, Ada Peluang Naik Lagi?

"Kunjungan ini akan membawa ketegangan di pasar tapi saya tidak percaya pasar akan bereaksi terlalu kuat," kata Daniel Muvdi, Head of Market di Quantfury, dalam Program First Mover CoinDesk TV.

Faktor lainnya yang menekan harga Bitcoin adalah pernyataan pejabat tinggi The Fed yang mengulangi rencana untuk terus menaikkan suku bunga lebih tinggi untuk menekan inflasi yang melonjak.

Mary Daly, Presiden Federal Reserve San Francisco, mengatakan pada Selasa, bank sentral AS “masih jauh” dari kata selesai dengan upayanya untuk memerangi inflasi.

Padahal, spekulasi sempat meningkat pekan lalu bahwa The Fed akan mengurangi kampanye melawan inflasi, setelah sebuah pertumbuhan ekonomi AS mengalami kontraksi untuk dua kuartal berturut-turut.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Beri Peringatan Soal Kehancuran Pasar, Rekomendasikan Beli 3 Aset Ini

Tambah lagi, Departemen Tenaga Kerja AS menerbitkan Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS), sebuah laporan yang The Fed awasi ketat.

Laporan tersebut menunjukkan, lowongan pekerjaan turun 605.000 pada Juni lalu, penurunan bulanan terbesar sejak April 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda bisnis.

Namun, pasar pekerjaan tetap kuat, dan masih ada 1,8 pekerjaan untuk setiap orang yang menganggur di bulan lalu, memperlihatkan pasar tenaga kerja masih dalam kondisi full employment.

Ini seolah-olah memberi lampu hijau kepada The Fed untuk kenaikan suku bunga lagi di September nanti.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×