Reporter: Vina Destya | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON. Institute of International Finance (IIF) menyampaikan bahwa utang global mencapai rekornya sebesar US$ 307 triliun di kuartal II tahun 2023, meskipun kenaikan suku bunga membatasi kredit bank, sementara pasar-pasar seperti Amerika Serikat dan Jepang yang mendorong kenaikan ini.
Sebuah kelompok perdagangan jasa keuangan mengatakan dalam sebuah laporan yang dikutip dari Reuters, bahwa utang global dalam bentuk dollar telah meningkat sebesar US$ 10 triliun pada paruh pertama di tahun 2023, dan sebesar US$ 100 triliun selama satu dekade terakhir.
Kenaikan terbaru telah meningkatkan rasio utang global terhadap PDB untuk dua kuartal berturut-turut menjadi 336%.
Baca Juga: Investor Asing Ramai-Ramai Menyetrum Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia
Ada pun perlambatan pertumbuhan, bersamaan dengan perlambatan kenaikan harga, hal tersebut menyebabkan PDB nominal berkembang lebih lambat daripada tingkat utang dan berada di balik kenaikan rasio utang.
Direktur Riset Keberlanjutan di IIF, Emre Tiftik menyebutkan bahwa rasio utang terhadap PDB sebenarnya telah kembali naik, khususnya kenaikan ini terjadi setelah tujuh kuartal berturut-turut mengalami penurunan rasio utang.
“Serta sebagian besar mencerminkan dampak dari meredanya tekanan inflasi,” ujar Tiftik dalam konferensi pers.
IIF juga mengatakan bahwa dengan tekanan upah dan harga yang moderat meskipun tidak mencapai target mereka, tetapi mereka memperkirakan rasio utang terhadap output akan melampaui 337% di akhir tahun 2023 ini.
Baca Juga: Utang Terpangkas Indeks Terangkat
Dalam beberapa bulan terakhir, para ahli dan pembuat kebijakan telah memberikan peringatan terkait meningkatnya tingkat utang yang dapat memaksa negara, perusahaan, dan rumah tangga untuk memperketat dan membatasi pengeluaran investasi, yang pada gilirannya akan menghambat pertumbuhan dan menekan standar kehidupan.
Lebih dari 80% dari kenaikan terbaru berasal dari negara maju seperti AS, Jepang, Inggris, dan Prancis yang mencatatkan kenaikan terbesar.
Sementara itu, di antara pasar-pasar negara berkembang, kenaikan terbesar berasal dari negara-negara dengan perekonomian besar yakni China, India, dan Brasil.