Reporter: Vina Destya | Editor: Noverius Laoli
Salah satu Ketua Tim Pemeringkat Amerika di Fitch Ratings yang mensponsori laporan IIF, Tod Martinez menyampaikan bahwa untuk pertama kalinya dalam kurun waktu yang lama, terdapat tren yang lebih baik di antara pasar negara berkembang dibandingkan dengan pasar di negara maju.
Pasar di negara maju pasca pandemi membutuhkan lebih banyak waktu untuk kembali ke posisi fiskal sebelum krisis, dibandingkan dengan negara berkembang. “Kemudian banyak dari mereka yang terkena dampak guncangan energi (dari perang di Ukraina),” ungkap Martinez.
Laporan tersebut mendapati bahwa utang rumah tangga terhadap PDB di pasar negara berkembang masih berada di atas tingkat sebelum Covid-19, sebagian besar disebabkan oleh China, Korea, dan Thailand.
Baca Juga: DPR dan Pemerintah Sepakat Asumsi ICP dan Lifting Minyak Ditingkatkan pada RAPBN 2024
Namun, rasio yang sama di pasar negara maju telah turun ke level terendah dalam dua dekade terakhir, termasuk dalam enam bulan pertama tahun ini.
Tiftik juga menyampaikan terdapat kabar baik bahwa beban utang konsumen tampaknya tetap akan terkendali.
“Jika tekanan inflasi terus berlanjut, kesehatan neraca rumah tangga terutama di AS akan memberikan perlindungan terhadap kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut,” papar Tiftik.
Pasar tidak memperkirakan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS dalam waktu dekat, tetapi target suku bunga berada di antara 5,25% dan 5,5%. Menurut alat CME FedWatch, saat ini target tersebut diperkirakan akan tetap berlaku hingga sekitar Mei di tahun 2024 mendatang.
Baca Juga: KKR Borong 20% Saham Singtel’s Seharga US$ 807 Juta
Suku bunga AS diperkirakan akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lama, yang juga dapat menekan pasar negara berkembang karena investasi yang dibutuhkan disalurkan ke negara-negara maju yang lebih tidak berisiko.
The Fed juga diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga, bahkan dapat memberikan sinyal bahwa mereka terbuka untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.