kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Venezuela alami krisis gula


Sabtu, 21 Mei 2016 / 16:46 WIB
Venezuela alami krisis gula


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

CARACAS. Venezuela mengalami krisis gula. Di tengah krisis politik dan kemanusiaan, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi gula pada awal pekan ini mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan produksi karena kurangnya gula mentah.

Pada Kamis (19/5) lalu, Coca-Cola FEMSA, produsen minuman bersoda terbesar dunia, mengibarkan bendera merah. Untuk membuat minuman bersoda di Venezuela, FEMSA membutuhkan gula rafinasi yang dibuat oleh Venezuelan Agricultural Corporation of Sugar, anak usaha milik pemerintah.

"Situasi ini akan berdampak pada minuman bersoda manis dalam beberapa hari ke depan. Sementara, produksi minuman bebas gula seperti air mineral botol dan Coca Cola Light masih terus beroperasi dengan normal," jelas juru bicara Coca Cola kepada CNNMoney.

Minimnya stok gula merupakan sinyal teranyar mengenai kondisi darurat di Venezuela.

Tidak hanya gula, negara tersebut juga kehabisan stok kebutuhan dasar lain. Sebut saja tepung, telur dan susu. Selain itu, suplai obat-obatan juga semakin menipis, yang menyebabkan sejumlah warga Venezuela kehilangan nyawanya.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro menolak untuk mengadakan referendum untuk memilih apakah dirinya harus tetap memimpin atau mundur. Kondisi ini yang kemudian memicu aksi protes dengan kekerasan di ibukota Venezuela, Caracas.

Pada pekan lalu, Maduro menetapkan kondisi Venezuela berada dalam kondisi darurat. Dia juga menyalahkan kelompok oposisi di Kongres dan kritik dari luar negeri atas masalah yang terjadi di Venezuela.

Maduro memang harus putar otak untuk menyelamatkan perekonomian negaranya.

Di tengah kekeringan yang melanda, pemerintahannya mulai menjadwalkan pemadaman lampu bergilir selama empat jam dalam sehari di sejumlah kota, kecuali Caracas, dengan tujuan menghemat energi.

Tak hanya itu, untuk menghemat listrik, pada April lalu, Maduro mengumumkan kebijakan kerja dua hari dalam seminggu untuk pegawai pemerintah dan karyawan lain di sektor publik. Bahkan dia mengubah waktu Venezuela 30 menit lebih cepat demi memberikan waktu lebih banyak bagi pegawai selama jam kerja.  

Semua kebijakan ini diberlakukan seiring kemerosotan perekonomian Venezuela.

Badan Moneter Internasional (IMF) memprediksi, inflasi negara itu akan naik hampir 500% pada tahun ini dan 1,600% pada tahun depan.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×