Sumber: Euronews | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menuai kontroversi, kali ini dengan membagikan klip video palsu yang menampilkan dirinya memukul Bruce Springsteen dengan bola golf.
Video satir tersebut telah menjadi viral dan memicu gelombang kritik serta debat publik mengenai batas antara kebebasan berekspresi, propaganda politik, dan etika kepemimpinan seorang presiden.
Video Palsu: Aksi Golf Presiden yang Jadi Bumerang
pic.twitter.com/ZuagVWL4KS — Donald J. Trump (@realDonaldTrump) May 21, 2025
Pada tanggal 21 Mei, Donald Trump membagikan sebuah video yang diunggah melalui platform Truth Social miliknya, kemudian disebarluaskan di X (dulu Twitter), yang memperlihatkan dirinya sedang bermain golf.
Dalam video tersebut, bola golf yang ia pukul digambarkan mengenai Bruce Springsteen yang sedang tampil di atas panggung, hingga membuat musisi legendaris itu terjatuh.
Meski jelas merupakan editan digital, video itu telah dibagikan lebih dari 57.000 kali dan disukai lebih dari 400.000 pengguna. Namun, respons publik tak semuanya positif.
Banyak netizen menyindir aksi tersebut sebagai “tidak pantas dilakukan oleh seorang kepala negara,” sementara lainnya membagikan potret nyata Trump di lapangan golf untuk menegaskan ketidaksesuaian antara dunia nyata dan manipulasi digital yang ia sebarkan.
Baca Juga: Penembakan Tragis Terhadap Staf Kedutaan Israel di Washington DC, Trump Angkat Bicara
Kritik Springsteen dan Balasan Pedas Trump
Ketegangan antara Trump dan Bruce Springsteen tidak muncul secara tiba-tiba. Dalam pembukaan tur Eropa terbarunya, Springsteen menyampaikan kritik tajam terhadap pemerintahan Trump, menyebutnya sebagai "korup, tidak kompeten, dan pengkhianat terhadap nilai-nilai Amerika."
Ia menyerukan kepada para pendukung demokrasi untuk melawan gelombang otoritarianisme yang menurutnya mengancam fondasi Republik Amerika Serikat.
Sebagai tanggapan, Trump melontarkan komentar kasar melalui media sosial, menyebut Springsteen sebagai “prune kering” dengan “kulit yang keriput,” dan menyuruhnya untuk “diam” sampai kembali ke Amerika.
Pernyataan ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk Federasi Musisi Amerika (AFM), yang merilis pernyataan resmi membela Springsteen dan Taylor Swift—musisi lain yang turut diserang oleh Trump.
Dunia Musik Bersatu Membela "The Boss"
Springsteen mendapat dukungan luas dari komunitas musik global. Vokalis Pearl Jam, Eddie Vedder, serta rocker legendaris Neil Young, menyatakan solidaritas mereka. Mereka menilai serangan Trump terhadap seniman merupakan bentuk pembungkaman kebebasan berekspresi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Namun, dari pihak pro-Trump, dukungan datang dari musisi kontroversial Kid Rock, yang membela sang presiden di Fox News. Menurutnya, Springsteen adalah bagian dari kalangan liberal kaya yang “putus asa menjaga citranya di mata Hollywood.”
Baca Juga: Isu Genosida Picu Ketegangan Trump dan Presiden Afrika Selatan di Gedung Putih
EP Baru Springsteen: Musik Sebagai Bentuk Perlawanan
Tanpa merespons langsung video golf palsu tersebut, Bruce Springsteen justru meluncurkan EP live digital berjudul Land of Hope and Dreams, yang direkam dari malam pembukaan tur Eropanya. EP ini memuat empat lagu live: Land of Hope and Dreams, Long Walk Home, My City of Ruins, serta cover lagu Bob Dylan Chimes of Freedom.
Yang paling menonjol, EP tersebut menyisipkan orasi politik Springsteen sebelum lagu Land of Hope and Dreams dan My City of Ruins, di mana ia mengecam keras kebijakan dan gaya kepemimpinan Donald Trump:
"Di tanah kelahiranku, Amerika yang kucintai, Amerika yang telah kutulis dalam lagu-laguku, yang selama 250 tahun menjadi mercusuar harapan dan kebebasan, kini dikuasai oleh pemerintahan yang korup, tidak kompeten, dan penuh pengkhianatan."
Springsteen kemudian menyerukan agar seluruh rakyat Amerika yang percaya pada demokrasi untuk bangkit melawan tirani dan "menyuarakan kebebasan."