Sumber: Reuters, Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
SAN FRANCISCO. Penyedia layanan pembayaran non tunai seperti Visa Inc dan MasterCard mendulang kinerja positif di penghujung tahun lalu. Bisnis mereka menanjak lantaran permintaan kartu naik dan makin banyak orang memilih menggesek ketika berbelanja.
Laba bersih Visa di fiskal kuartal pertama yang berakhir Desember, tumbuh 26% dibanding setahun sebelumnya menjadi US$ 1,29 miliar. "Ini merupakan hasil investasi berkesinambungan kami di bisnis inti, ekspansi internasional yang cepat, dan penyebaran solusi pembayaran," kata Presiden Direktur (CEO) Visa Charlie Scharf.
Pendapatan operasional Visa naik 12% menjadi US$ 2,85 miliar. Sedangkan transaksi belanja menggunakan kartu Visa di seluruh dunia meningkat 8,7% menjadi US$ 1,08 triliun. Ini merupakan pertumbuhan tercepat Visa selama sembilan bulan.
Pembelian menggunakan kartu debit naik 3,6% pada tiga bulan menjelang akhir 2012. Pertumbuhan kartu kredit mencapai 12%. Ini juga ditopang kenaikan transaksi 4% menjadi 14,2 miliar.
Perusahaan berbasis Foster City, California ini menargetkan setengah pendapatan Visa berasal dari luar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2015 nanti.
Belanja gesek dengan Visa di kawasan Asia Pasifik selain AS naik 13% periode ini. Sedangkan Eropa dan Timur Tengah dan Afrika naik 37%.
Menurut Scharf, China merupakan peluang menarik bagi Visa. Kawasan ini didominasi oleh kartu keluaran asosiasi bank China, UnionPay. Sekadar informasi, kartu plastik buatan China ini tahun lalu sempat menyalip MasterCard sebagai jaringan kartu terbesar kedua dunia, dari sisi belanja konsumen.
Sedangkan MasterCard pekan lalu menutup buku tahunan 2012 dengan kenaikan laba 15% menjadi US$ 2,8 miliar. Perusahaan menggandakan dividen menjadi US$ 60 sen per saham.
"Kinerja keuangan yang kuat memungkinkan meningkatkan imbal hasil pada pemegang saham," kata CEO MasterCard, Ajay Banga. Dia bilang akan fokus pada strategi yaitu membidik pasar berkembang untuk mendukung pertumbuhan.
Perusahaan ini juga berencana melakukan pembelian kembali saham sebesar US$ 2 miliar. Sedangkan Visa akan melakukan buyback sebesar US$ 2,9 miliar.