Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan mobil asal Jerman, Volkswagen (VW) harus menerima kenyataan bahwa mereknya kalah dalam persaingan pasar mobil listrik di China. Produsen mobil terbesar di Eropa ini bahkan tidak memiliki prospek untuk mengejar ketertinggalan.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (11/9), sejak China diterpa pandemi hingga mulai dibuka kembali, perusahaan kendaraan listrik di sana telah menambah model kendaraan listriknya. Selain itu, harga yang ditawarkan lebih murah dan lebih bagus dari yang ditawarkan VW.
Sementara itu, Tesla Inc. juga terus melakukan ekspansi bisnis dan mengklaim sebagai pemimpin inovasi otomotif. Tesla digadang-gadang menjadi pilihan konsumen yang ingin terlihat terdepan dengan memiliki mobil tersebut.
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengatakan industri otomotif dihadapkan pada pertanyaan apakah dan bagaimana Jerman akan menjadi pemimpin global di masa mendatang.
Baca Juga: Wuling Bakal Lebih Banyak Jual Mobil Listrik Murah di Indonesia
“Bagi negara kami, industri otomotif menyumbang sebagian besar pendapatan nilai, ini bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga masalah keamanan,” ujar dia.
VW berisiko terkurung dalam pasar mobil bermesin pembakaran yang semakin berkurang serta berkurangnya volume untuk mendukung strukturnya. Nilai pasar VW semakin berkurang bahkan hanya sepersepuluh dari Tesla dan tekanan persaingan terlihat jelas dalam perang harga yang agresif di China.
VW dikabarkan telah melepas sedikit sahamnya di Porsche dan truk berat Traton SE. Bahkan bisa jadi VW melepaskan seluruh sahamnya jika mulai kehilangan pangsa pasar di Eropa.
Pada pameran otomotif terbesar di Eropa tahun ini, para produsen mobil China menunjukkan bahwa mereka siap untuk membawa pertarungan ke Jerman. Jumlah peserta pameran di Munich meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2021.
Di pameran tersebut, produsen kendaraan listrik asal China BYD Co. menjual sedan Seal seharga US$ 48.000 di akhir tahun ini. sedan tersebut kabarnya menjadi saingan Tesla Model 3 dan beberapa mobil listrik VW.
China merupakan mitra dagang Jerman, bahkan hampir 40% pengiriman yang dilakukan VW dikirim ke China di tahun lalu. Jerman tampaknya sulit beradaptasi dengan mobil yang mengandalkan perangkat lunak seperti VW ini yang tertinggal dengan produsen lainnya.
Memang pergesaran China ke kendaraan listrik terjadi lebih cepat daripada negara lainnya. Diproyeksikan penjualan kendaraan listrik China akan mencapai setengah dari pasar mobil di dunia di pertengahan dekade ini.
Baca Juga: Gaikindo Tekankan Pentingnya Kehadiran Mobil-Mobil Listrik Murah
CEO Volkswagen Oliver Blume mengatakan bahwa pihaknya berupaya melibatkan sejumlah mitra baru, mencoba lagi membuat mobil listrik yang kompetitif serta merombak manajemen pengembang perangkat lunak VW yang gagal mengimbangi Tesla dan pesaing lainnya.
“Setiap perusahaan harus memulai inovasi dari diri sendiri, berkembang dan pada akhirnya tampil. Semua tergantung pada kami,” kata Blume.
Kecenderungan untuk berkembang untuk memperbaiki masalah juga terlihat dalam upaya Volkswagen di AS. Upaya terbaru mereka adalah dengan membangun pabrik baru senilai US$ 2 miliar di South Carolina untuk menghidupkan kembali merek off-road Scout, yang sudah tidak aktif selama empat dekade.
Transisi VW yang berantakan ke kendaraan listrik berakar pada skandal kecurangan emisi. Selama bertahun-tahun, perusahaan ini telah mendorong "diesel bersih" sebagai alternatif hemat bahan bakar untuk kendaraan hibrida, namun akhirnya mengakui bahwa klaim tersebut palsu dan jutaan kendaraannya telah memuntahkan polusi dalam jumlah yang tidak wajar.