Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - ROMA. Korban tewas akibat wabah virus corona di Italia telah melonjak 168 orang menjadi 631 korban yang meninggal akibat wabah corona. Tingkat kematian tersebut melonjak 36%.
Jumlah kematian ini merupakan kenaikan terbesar ,secara absolut, sejak virus corona ditemukan di Italia pada 21 Februari 2020. Hal itu sebagaimana dilaporkan Badan Perlindungan Sipil Italia pada hari Selasa (10/3).
Baca Juga: Kekayaan para miliarder dunia menguap Rp 6.333 triliun tersengat virus corona
Mengutip Reuters, Rabu (11/3), Italia merupakan negara Eropa yang paling terpukul akibat wabah virus corona ini. Total jumlah warga Italia yang terinfeksi menjadi 10.149 orang, meningkat 10,7% dari sebelumnya 9.172 orang.
Kepala Badan Badan Perlindungan Sipil Italia menambahkan, dari mereka yang semula terinfeksi virus corona, sebanyak 1.004 orang dinyatakan telah pulih sepenuhnya. Jumlah ini meningkat dari hari sebelumnya yang sembuh sebanyak 724 orang.
Baca Juga: Bezos, Gates bahkan Buffett kehilangan puluhan triliun akibat kejatuhan Wall Street
Sementara itu, sebanyak 877 orang berada dalam perawatan intensif. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya, yang dirawat, sebanyak 733 orang.
Sebelumnya, toko-toko dan restoran tutup, ratusan penerbangan dibatalkan, dan jalan-jalan kosong di seluruh Italia pada Selasa (10/3), hari pertama penguncian nasional yang bertujuan memperlambat wabah virus corona baru.
Landmark Roma termasuk Air Mancur Trevi, Pantheon, dan Tangga Spanyol sebagian besar kosong. Sementara Vatikan menutup Lapangan dan Basilika Santo Petrus bagi wisatawan. Polisi meminta kepada para turis untuk kembali ke hotel mereka.
Baca Juga: Gara-gara corona, beberapa negara buat kebijakan untuk mendongkrak ekonomi
Pemerintah Italia, Senin (9/3), telah memerintahkan semua penduduk negeri piza untuk tinggal di rumah dan menghindari semua perjalanan yang tidak penting sampai 3 April nanti.
"Tugas kewarganegaraan kami adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan kami," kata Marzio Tonilo, guru dari San Fiorano, kota di Italia Utara yang sudah menjalani karantina sejak bulan lalu, kepada Reuters