Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China telah membahas penggunaan teknologi telekomunikasi 6G untuk memodernisasi pasukan tempurnya, meskipun negara tersebut baru saja mulai menerapkan teknologi 5G.
Seperti diberitakan South China Morning Post, pengamat mengatakan masih ada pertanyaan seputar apakah Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dapat memikul transformasi ambisius seperti itu dan seberapa jauh teknologi nirkabel generasi keenam dapat diadopsi.
Baca Juga: WHO: Negara lain akan ikuti China yang merevisi data kematian akibat corona
Sebuah artikel berjudul "Jika 6G Akan Digunakan di Meda Tempur Masa Depan", yang diterbitkan oleh China National Defense News pada hari Senin, mengatakan 6G memiliki keunggulan teknologi yang berbeda dan potensi yang kaya untuk aplikasi militer jika dibandingkan dengan 5G.
"Jika teknologi 6G diperkenalkan ke militer, itu pasti akan berdampak besar pada kegiatan militer, seperti pembentukan perang, pengembangan peralatan, dan komunikasi medan perang," tulis artikel itu.
"Mempromosikan penerapan 6G secara bertahap dalam militer mungkin menjadi salah satu fokus utama bagi angkatan bersenjata Tiongkok untuk beradaptasi dengan perubahan militer baru di masa depan."
Istilah 6G dan 5G merujuk pada jaringan nirkabel seluler generasi keenam dan kelima. Sementara 5G diketahui memiliki kecepatan transmisi data setidaknya 10 kali lebih besar dari 4G yang diluncurkan pada tahun 2009, 6G diperkirakan memiliki kecepatan 10 kali lebih besar dari 5G.
Baca Juga: Kasus baru melonjak, jumlah positif corona di Singapura salip Malaysia
China secara resmi meluncurkan jaringan 5G pada bulan November tahun lalu. Industri dan peneliti berspekulasi bahwa 6G dapat digunakan pada tahun 2030.
Artikel itu mengatakan potensi manfaat 6G melampaui kecepatan transmisi data. Akses internet yang lebih baik, tingkat transmisi yang tinggi, penundaan yang rendah dan bandwidth yang luas akan memberikan kemajuan militer, seperti mengumpulkan intelijen, memvisualisasikan operasi tempur dan memberikan dukungan logistik yang tepat.
"Berdasarkan jaringan 6G, komandan dapat membuat keputusan yang tepat dengan cepat setelah jaringan kontrol dan komando, mempelajari dan menganalisis data yang sangat besar dari lapangan," tulis artikel itu.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa unit-unit pertempuran dapat memperoleh informasi yang sangat spesifik dan instan tentang lokasi dan peralatan pasukan, yang memungkinkan militer untuk membuat rencana logistik khusus.
Baca Juga: Tambah 12 kasus, WNI positif corona di luar negeri jadi 406 orang
Sementara menurut pemberitahuan Kementerian Sains dan Teknologi China, negara tersebut secara resmi mulai meneliti teknologi telekomunikasi 6G pada awal November lalu.
Kementerian mengumumkan bahwa mereka memiliki dua tim yang mengawasi penelitian 6G. Satu terdiri dari departemen pemerintah yang bertugas mengeksekusi teknologi 6G, sementara yang lain terdiri dari 37 ahli dari universitas, lembaga ilmu pengetahuan dan perusahaan yang akan memberikan saran teknis kepada pemerintah.
Wang Xi, Wakil Menteri Sains dan Teknologi China mengatakan memang saat ini belum jelas bagaimana 6G akan diterapkan atau apa indikator utamanya. Namun dia bilang China sangat mementingkan penelitian dan pengembangan teknologi masa depan dan berusaha untuk membuat terobosan.
Baca Juga: Masih misteri, Trump: Banyak hal aneh terjadi seputar isu asal muasal virus corona