Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KAIRO. Kondisi keamanan di Libya semakin memburuk. Kemarin, tentara militer yang loyal kepada pimpinan Muamar Kaddafi bentrok dengan kelompok pemberontak.
Upaya pasukan militer untuk memukul mundur kelompok pemberontak dari Ras Lanuf, kota pertambangan minyak, yang dekat dari Tripoli gagal. Padahal, mereka sudah menggunakan gas air mata dan senjata api.
Berdasarkan laporan televisi Al Jazeera, setidaknya 18 orang tewas, termasuk pimpinan kelompok pemerintah.
Di tempat berbeda, bentrokan juga terjadi di teluk Sidra, di mana kelompok oposisi berhasil menguasai Ras Lanuf, 650 kilometer dari Tripoli.
Putra Kaddafi, Saif, dalam wawancara dengan Al Jazeera mengatakan, aksi kelompok oposisi saat ini tidak merepresentasikan mayoritas warga Libya. Itu sebabnya, pasukan udara Kaddafi mengebom lokasi-lokasi yang dikuasai oleh kelompok pemberontak seperti Brega. Tujuannya, agar kelompok oposisi menjauhi fasilitas minyak, bukan untuk membunuh mereka.
Juru Bicara kelompok oposisi Abdullah Al Mahdi mengatakan, setidaknya 6.000 orang tewas sejak protes anti Kaddafi merebak sejak 16 Febuari lalu di Benghazi. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengestimasi jumlah warga yang tewas sebanyak 1.000 orang.
Bentrokan tersebut membuat kontrak harga minyak melejit ke level tertinggi dalam 29 bulan terakhir di New York.