Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street tampil tertekan di pekan ini. Di mana, pada akhir pekan Nasdaq dan S&P 500 kembali melemah karena terseret koreksi Netflix. Di sisi lain, indeks Dow mendapat sokongan dari penguatan American Express.
Jumat (19/4), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 211,02 poin atau 0,56% menjadi 37.986,40, indeks S&P 500 melemah 43,89 poin atau 0,88% ke 4.967,23 dan indeks Nasdaq Composite turun 319,49 poin atau 2,05% ke 15.282,01.
S&P dan Nasdaq telah melemah selama enam sesi berturut-turut. Ini jadi penurunan beruntun terpanjang sejak Oktober 2022, dengan S&P kini turun 5,46% dari rekor penutupannya pada 28 Maret.
Untuk minggu ini, indeks S&P 500 turun 3,05%, Nasdaq melemah 5,52%, dan Dow naik 0,01%. Indeks S&P mengalami penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2023 dan Nasdaq mengalami penurunan mingguan terbesar sejak pekan 31 Oktober 2022.
Pada sesi ini, saham Netflix menjadi salah satu hambatan terbesar pada indeks acuan S&P dan Nasdaq setelah pendapatan perusahaan streaming video tersebut pada kuartal kedua tidak sesuai ekspektasi para analis.
Baca Juga: Wall Street Tertekan Menjelang Akhir Pekan
Di sisi lain, perusahaan tersebut juga secara tak terduga mengatakan tidak akan lagi menyediakan data jumlah pelanggan.
Sementara iut, indeks Dow Industrials justru menguat, sebagian berkat kenaikan saham American Express, setelah perusahaan pembayaran tersebut melaporkan laba kuartal pertama yang berada di atas ekspektasi.
Pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) mengalami kesulitan baru-baru ini menyusul reli selama lima bulan yang dimulai pada bulan November, sebagian karena ekspektasi The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada paruh pertama tahun ini.
Namun, serangkaian data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan baru-baru ini, data pasar tenaga kerja yang kuat, ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang telah memicu kenaikan harga minyak, dan komentar dari pejabat Federal Reserve termasuk Ketua Jerome Powell telah menyebabkan pelaku pasar memperkirakan waktu penurunan suku bunga dari bank sentral mundur dari rencana awal.
“Anda telah melihat ekspektasi penurunan suku bunga terus muncul di pasar, dan hal tersebut memang seharusnya terjadi karena tidak ada data yang menyatakan bahwa penurunan suku bunga harus dilakukan,” kata Mike Dickson, kepala penelitian dan strategi kuantitatif di Horizon Investments di Charlotte, Carolina Utara.
“Jadi dalam kondisi ini, ketika Anda duduk di dekat level tertinggi, itu berarti tidak akan terjadi penurunan suku bunga dan kenaikan berlipat ganda karena hal tersebut, hal tersebut harus didorong oleh pertumbuhan pendapatan. Tampaknya tidak terlalu menguntungkan untuk suku bunga yang lebih rendah, yang lebih penting adalah gambaran pertumbuhan pendapatan."
Kemajuan dalam menurunkan inflasi telah “terhenti” tahun ini, kata Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee, bankir terbaru AS yang tidak lagi fokus pada perlunya penurunan suku bunga.
Baca Juga: IHSG Terjun 1,11% Hari Ini (19/4), Net Sell Asing Tembus Rp 838 Miliar
Saham-saham yang terkait dengan chip, salah satu yang berkinerja terbaik tahun ini berkat hubungannya dengan kecerdasan buatan, juga anjlok, dengan Indeks Semikonduktor Philadelphia turun 4,12%. Indeks ini mencatat persentase penurunan mingguan terbesar dalam hampir dua tahun dengan penurunan sebesar 9,23%.
Pada sesi kali ini, saham Paramount Global melonjak 13,4%, setelah seseorang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Sony Pictures Entertainment dan Apollo Global Management sedang mendiskusikan untuk membuat penawaran bersama untuk perusahaan tersebut.