Sumber: Al Jazeera,Forbes | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Masyarakat harus kembali waspada terhadap penyebaran virus Covid-19. Kendati jumlah kasus di Indonesia terus menurun, namun, virus corona terus bermutasi. Terbaru, muncul varian AY.4.2, versi lain dari virus corona Covid-19.
Melansir Forbes, AY merupakan varian virus Covid-19 seperti varian Delta. Lalu ada subvarian, yang merupakan varian dari varian. Menurut pembaruan epidemiologis Mingguan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terbaru, AY.4.2 adalah subvarian Delta yang kini telah menyebar ke setidaknya 42 negara berbeda, termasuk AS, Inggris dan Rusia.
AY.4.2 ini merupakan subvarian Delta yang sudah memunculkan tiga mutasi tambahan, termasuk dua yang memengaruhi protein lonjakan yang sangat penting yang melapisi permukaan virus. Mutasi ini disebut A222V dan Y145H. Beberapa orang menyebut subvarian ini “Delta plus”, meskipun ini bukan satu-satunya “Delta plus” di luar sana.
Pertanyaan besarnya adalah apakah mutasi ini membuat virus lebih mudah menular? Dan apakah virus ini lebih berbahaya dan lebih mematikan? Selain itu, apakah varian ini lebih mampu menghindari kekebalan dari vaksin atau infeksi sebelumnya?
Baca Juga: Data Corona Indonesia, 4 November: Kasus aktif makin turun, kini tinggal 11.364 kasus
Seharusnya tidak terlalu mengejutkan bahwa varian dan subvarian baru terus bermunculan. Setiap kali virus bereplikasi, itu bisa seperti orang mabuk yang membuat fotokopi berkas. Virus dapat membuat kesalahan sehingga salinan virus berikutnya mungkin sedikit berbeda dengan mutasi yang ditaburkan dalam kode genetiknya.
Beberapa dari mutasi ini dapat membuat versi virus baru yang dihasilkan lebih lemah. Orang lain mungkin tidak ada bedanya. Dan beberapa dapat membuat virus lebih kuat, yang merupakan mutasi yang dikhawatirkan oleh pejabat kesehatan masyarakat karena pandemi yang terus berlanjut ini.
Baca Juga: Gelombang Baru Covid-19 di Eropa Bernama Keprihatinan Besar, Banyak Rekor Infeksi
Versi baru adalah subvarian daripada varian yang sama sekali baru jika jelas merupakan variasi dari varian asli yang sudah ada.
Kendati demikian, para ahli mengatakan bahwa AY.4.2 belum menjadi varian yang dominan di negara-negara yang terinfeksi.
"Saat ini, strain telah ditemukan di beberapa negara lain, tetapi tidak menjadi dominan," Dr Roselyn Lemus-Martin, ahli biologi molekuler dan sel dari Universitas Oxford seperti yang dikutip dari Al Jazeera.
"Mungkin kita melihat situasi yang mirip dengan varian Lambda, pada awalnya, orang-orang khawatir tetapi akhirnya kehadirannya berkurang di tempat-tempat seperti AS atau Inggris," tambahnya.
Dr Patrick Tang, Kepala Divisi Ilmu Patologi di Sidra Medicine di Qatar menyebut belum jelas apakah AY.4.2 lebih menular atau dapat mengurangi antibodi dari vaksin.
Ahli memperingatkan bahwa penyebaran varian baru Covid-19 dipicu sejumlah faktor, salah satunya kebijakan protokol kesehatan dari pemerintah dan kepatuhan dalam menjalankannya.