kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO minta G20 danai vaksin, tes, dan obat Covid-19 di negara miskin US 23,4 miliar


Jumat, 29 Oktober 2021 / 16:26 WIB
WHO minta G20 danai vaksin, tes, dan obat Covid-19 di negara miskin US 23,4 miliar
ILUSTRASI. World Health Organization (WHO) Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus. Fabrice Coffrini/Pool via REUTERS


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kelompok bantuan lainnya mengimbau negara anggota G20 untuk mendanai rencana senilai US$ 23,4 miliar guna memerangi pandemi Covid-19 di negara miskin. Dana itu akan digunakan  untuk pengadaan vaksin, tes, dan obat-obatan Covid-19 ke negara-negara miskin dalam 12 bulan berikutnya.

Mengutip Reuters Jumat (29/10), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan G20 memiliki kekuatan politik dan keuangan yang diperlukan untuk mengakhiri pandemi dengan mendanai rencana tersebut. Ia memprediksi dengan bantuan itu, maka bisa menyelamatkan lima juta jiwa di negara miskin.

Terlebih, saat ini Pembaruan terbaru dari Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A), hingga September 2022, diharapkan mencakup penggunaan pil antivirus oral eksperimental yang dibuat oleh Merck & Co untuk mengobati kasus Covid-19 ringan dan sedang.

Jika pil tersebut disetujui oleh pihak berwenang, biayanya bisa hanya US$ 10 per kursus, kata rencana tersebut, sejalan dengan draf dokumen yang dilihat oleh Reuters awal bulan ini.

Baca Juga: Eropa jadi episentrum baru, kasus COVID-19 global kembali menanjak

"Permintaannya sebesar US$ 23,4 miliar. Itu jumlah uang yang wajar, tetapi jika Anda bandingkan dengan kerusakan yang juga terjadi pada ekonomi global oleh pandemi, itu tidak terlalu banyak," Carl Bildt, Utusan Khusus WHO untuk ACT-Accelerator.

Bildt, mantan perdana menteri Swedia, mengakui bahwa ACT-A telah berjuang untuk mengamankan pembiayaan sebelumnya.

Anggaran yang sama sebesar US$ 7 miliar dialokasikan untuk vaksin dan tes diagnostik, dengan tambahan US$ 5,9 miliar untuk meningkatkan sistem kesehatan. Dana sebanyak US$ 3,5 miliar untuk perawatan termasuk antivirus, kortikosteroid, dan oksigen medis.

Tedros mencatat pada briefing bahwa kasus global meningkat untuk pertama kalinya dalam dua bulan, didorong oleh Eropa.

“Sedangkan COVAX, cabang vaksin ACT-A, telah mengirimkan sekitar 400 juta dosis Covid-19 ke lebih dari 140 negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana tingkat vaksinasi tetap rendah,” kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan.

Sekitar 82 negara kemungkinan akan melewatkan target global WHO untuk cakupan vaksinasi 40% pada akhir tahun, tetapi beberapa di antaranya bisa jika pasokan mulai mengalir, katanya.

"Salah satu hal yang sekarang sangat mengganggu adalah kebutuhan akan booster, semakin banyak negara berpenghasilan tinggi yang menggunakan dosis booster dan ini sekarang juga menyedot dosis vaksin," tambah Swaminathan.

Hampir satu juta suntikan booster diberikan setiap hari. Jumlah itu  tiga kali lipat jumlah vaksin yang diberikan di negara-negara berpenghasilan rendah.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS sedang mempertimbangkan otorisasi penggunaan darurat molnupiravir yakni pil antivirus yang dikembangkan Merck dengan Ridgeback Biotherapeutics. 

Obat ini ditunjukkan dalam uji klinis untuk mengurangi separuh risiko penyakit serius dan kematian ketika diberikan lebih awal untuk COVID-19.

"Ini adalah obat yang saat ini kami evaluasi dan kami bertemu dengan Merck pada hari Jumat untuk membahas data dari uji klinis mereka saat ini yang sedang berlangsung di negara lain," kata Maria van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID, 

Ia menambahkan badan itu berharap untuk mengeluarkan panduan tentang penggunaannya dalam beberapa minggu mendatang.

Selanjutnya: Kasus COVID-19 global kembali meningkat, Eropa sumbang lebih dari setengah infeksi




TERBARU

[X]
×