Sumber: Xinhua | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Presiden China Xi Jinping mengadakan pertemuan virtual dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Xinhua melaporkan pada Senin (4/4).
Xi mengatakan, pertemuan tersebut telah memberikan panduan strategis untuk pengembangan yang berkelanjutan dari hubungan China dan Uni Eropa.
Pada kesempatan tersebut, Xi juga merasa China dan Uni Eropa harus menjadi kekuatan utama yang mampu menegakkan perdamaian dunia. Sebab, stabilitas hubungan China dan Uni Eropa bisa mengimbangi ketidakpastian dalam hubungan internasional.
Baca Juga: Jelang KTT, Uni Eropa Desak China untuk Tidak Bantu Rusia Selama Perang di Ukraina
"Kedua pihak perlu memimpin dalam upaya mempertahankan sistem internasional dengan PBB sebagai intinya, tatanan internasional yang didukung oleh hukum internasional, dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional berdasarkan tujuan dan prinsip Piagam PBB," kata Xi.
Lebih lanjut, Xi mengajak Uni Eropa untuk bersama-sama menolak kebangkitan mentalitas persaingan antar-blok dan juga menentang upaya Perang Dingin baru.
Xi juga menegaskan, posisi China terkait konflik di Ukraina. Menurutnya, posisi China tetap konsisten dan jelas: berdiri di sisi perdamaian. China juga akan menarik kesimpulan dan mengambil tindakan sesuai dengan pandangannya sendiri.
Baca Juga: Xi Jinping: Butuh Waktu Puluhan Tahun Memperbaiki Ekonomi Dunia akibat Krisis Ukraina
"China menyerukan penegakan hukum internasional dan norma-norma yang diakui secara universal yang mengatur hubungan internasional, bertindak sesuai dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB, dan mendukung visi keamanan bersama, komprehensif, kooperatif, dan berkelanjutan," tambahnya.
Di luar urusan pertahanan dan keamanan, Xi mengatakan, China dan Uni Eropa harus bertindak sebagai dua pasar besar yang mempromosikan pembangunan bersama. Xi berharap dua pihak bisa memperdalam globalisasi ekonomi melalui kerja sama terbuka.
"China dan Uni Eropa harus bertindak sebagai dua peradaban besar yang mempromosikan kemajuan manusia, dan menghadapi tantangan global melalui solidaritas dan kolaborasi," lanjutnya, seperti dikutip Xinhua.