kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.521.000   11.000   0,73%
  • USD/IDR 15.656   -53,00   -0,34%
  • IDX 7.788   -1,42   -0,02%
  • KOMPAS100 1.207   0,14   0,01%
  • LQ45 955   0,37   0,04%
  • ISSI 235   -0,75   -0,32%
  • IDX30 493   0,55   0,11%
  • IDXHIDIV20 587   -1,48   -0,25%
  • IDX80 137   -0,05   -0,03%
  • IDXV30 143   -0,04   -0,03%
  • IDXQ30 163   -0,09   -0,06%

Xi Jinping: Dunia dalam Kekacauan, Tetapi Persahabatan dengan Rusia Akan Bertahan


Rabu, 23 Oktober 2024 / 14:09 WIB
Xi Jinping: Dunia dalam Kekacauan, Tetapi Persahabatan dengan Rusia Akan Bertahan
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, China, Jumat (4/2/2022). Aleksey Druzhinin/Kremlin via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - KAZAN. Presiden China Xi Jinping menyampaikan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa situasi global saat ini dilanda kekacauan. Namun, kemitraan strategis antara China dan Rusia tetap menjadi kekuatan stabilitas di tengah perubahan besar yang terjadi dalam satu abad terakhir.

Pada bulan Mei, Xi dan Putin telah berjanji untuk menciptakan "era baru" dalam kemitraan antara dua negara yang menjadi saingan terbesar Amerika Serikat. Mereka menggambarkan Amerika sebagai kekuatan hegemoni yang agresif seperti dalam Perang Dingin, yang menyebarkan kekacauan di seluruh dunia.

"Saat ini, dunia sedang mengalami perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam seratus tahun, dan situasi internasional dipenuhi oleh kekacauan," kata Xi kepada Putin di kota Kazan, Rusia, dalam pembukaan KTT BRICS. 

Baca Juga: Pesan Menyentuh Xi ke Putin: Dunia Kacau, Persahabatan dengan Rusia Akan Bertahan

"Namun, saya yakin bahwa persahabatan antara China dan Rusia akan terus berlanjut hingga generasi mendatang, dan tanggung jawab negara-negara besar terhadap rakyatnya tidak akan berubah," ucap Xi.

Rusia yang sedang berperang melawan pasukan Ukraina yang didukung NATO, serta Tiongkok yang menghadapi tekanan dari upaya Amerika Serikat untuk menahan kekuatan militer dan ekonomi yang berkembang, semakin menemukan kesamaan dalam tujuan geopolitik mereka.

Rusia dan China, yang berusaha membalas penghinaan akibat runtuhnya Uni Soviet pada 1991 serta dominasi kolonial Eropa terhadap China selama berabad-abad, mencoba menggambarkan Barat sebagai kekuatan yang dekaden dan sedang merosot.

Baca Juga: Xi Jinping: China Bersedia Menjadi Mitra dan Sahabat AS

Amerika Serikat menggambarkan China sebagai pesaing terbesarnya dan Rusia sebagai ancaman negara terbesar. Presiden Joe Biden mengatakan bahwa demokrasi menghadapi tantangan dari rezim otoriter seperti China dan Rusia.

Biden pernah menyebut Xi sebagai "diktator" dan menyebut Putin sebagai "pembunuh" serta "orang gila". Beijing dan Moskow telah mengecam pernyataan Biden tersebut.

Putin menyebut Xi sebagai sahabat dan menegaskan bahwa kemitraan dengan Tiongkok adalah kekuatan stabilitas di dunia. 

"Kerja sama Rusia-China dalam urusan dunia adalah salah satu faktor utama yang menstabilkan panggung internasional," ujar Putin. 

Baca Juga: Zelenskiy: Xi Jinping Tak Akan Jual Senjata Apapun ke Rusia

"Kami berencana untuk meningkatkan koordinasi di semua platform multilateral guna memastikan keamanan global dan tatanan dunia yang adil," bebernya.

Xi menambahkan bahwa kerja sama di dalam kelompok BRICS adalah "platform terpenting untuk solidaritas dan kolaborasi antara negara-negara pasar berkembang dan negara-negara berkembang saat ini."

Xi juga menyebut BRICS sebagai kekuatan utama dalam mempromosikan realisasi multipolaritas global yang setara dan tertib, serta globalisasi ekonomi yang inklusif dan toleran.

Selanjutnya: Perseteruan Korea Selatan dan Korea Utara Merambat Hingga ke Ukraina

Menarik Dibaca: Ingat! Besok 24 Oktober 2024 Hari Terakhir Pemesanan ORI026




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×