kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Yield obligasi Spanyol kembali tembus 7%


Kamis, 02 Agustus 2012 / 21:43 WIB
Yield obligasi Spanyol kembali tembus 7%
ILUSTRASI. Warga berjalan di sebuah jalan di Paris tanpa masker pelindung saat masker tidak diwajibkan lagi dipakai saat keluar rumah, di tengah pandemi COVID-19, di Prancis, Kamis (17/6/2021). REUTERS/Gonzalo Fuentes.


Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata

JAKARTA. Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi memang berniat mengendalikan yield obligasi di negara-negara pengguna euro. Apa daya, pasar justru bereaksi negatif atas pidatonya. Alhasil, yield obligasi di sejumlah negara justru kembali meroket.

Yield obligasi Spanyol bahkan kembali menembus level kritis. Pada pukul 21.34 WIB hari ini, yield obligasi Spanyol bertenor 10 tahun mencapai level 7,025%. Padahal pada lelang obligasi bertenor 10 tahun hari ini, yield obligasi negeri matador ini hanya dipatok sebesar 6,647%.

Yield obligasi Italia juga kembali naik. Untungnya, yield obligasi bertenor 10 tahun yang diterbitkan oleh negara pizza ini belum menembus level kritis. Per pukul 21.35 WIB, yield obligasi Italia masih dipatok sebesar 6,158%. Pada penutupan perdagangan kemarin, yield obligasi yang sama masih dipatok sebesar 5,914%.

Dalam pidatonya di Frankfurt hari ini, Draghi menegaskan pihaknya akan fokus mengendalikan yield obligasi di negara-negara pengguna euro. Pihak ECB menyiapkan rencana pembelian obligasi bertenor pendek, yaitu obligasi bertenor 1 tahun dan lebih pendek. "Fokus pada yield jangka pendek merupakan operasi moneter klasik," sebut Draghi. Petinggi bank sentral Eropa ini menilai sulit untuk mempengaruhi yield jangka panjang. Namun, dengan fokus pada yield obligasi jangka pendek, hal ini akan memberi tekanan pada yield obligasi jangka panjang.

Draghi menegaskan yield yang tinggi tersebut dapat menghambat kebijakan moneter untuk bekerja secara efektif. Hal ini juga menimbulkan risiko pada mata uang euro. "Risiko premium yang bisa menimbulkan kekhawatiran menurunnya mata uang euro tidak bisa diterima, dan hal ini perlu ditangani dari sisi fundamental," tandasnya.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×