kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45930,81   3,17   0.34%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Free Trade Trans Pasifik diteken


Rabu, 07 Oktober 2015 / 10:23 WIB
Free Trade Trans Pasifik diteken


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Yudho Winarto

ATLANTA. Sebuah zona perdagangan bebas baru kembali lahir, yakni pakta perdagangan bernama Trans Pacific Partnership (TPP). Pakta ini bahkan telah diterima oleh 12 negara. Poros perdagangan bebas Washington menuju Asia ini akan menguasai sekitar 40% ekonomi global dengan output ekonomi hampir mencapai US$ 30 triliun.

Adapun negara-negara yang ikut dalam liberalisasi perdagangan Trans Pasifik ini, antara lain:  Amerika Serikat (AS), Kanada, Meksiko, Cile, Selandia Baru, Australia dan Jepang. Lalu, negara-negara Asia Tenggara seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Vietnam memilih bergabung dengan pakta perdagangan jumbo ini.

"Kemitraan ini sangat penting bagi petani, peternak dan produsen lokal dengan menghilangkan lebih dari 18.000 pajak dari berbagai negara yang memakai produk kami," kata Presiden AS, Barrack Obama seperti dikutip The Guardian.

Setali tiga uang, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe optimistis jika TPP menguntungkan konsumen, pekerja dan perusahaan skala besar maupun kecil. "TPP akan menjadi penarik bagi perusahaan-perusahaan Jepang untuk berbisnis di luar negeri," ujar Shinzo Abe seperti dilaporkan Reuters, kemarin.

Belasan negara TPP menjala keuntungan dari pemangkasan tarif impor dan perluasan akses pasar. Kesepakatan yang masih harus diratifikasi oleh parlemen masing-masing negara tersebut menghilangkan 98% tarif pada produk susu, daging sapi, gula, anggur, beras, hortikultura serta makanan laut (lihat tabel).

Meski traktat ini merupakan kemenangan Obama, orang nomor wahid di AS itu mendapat tentangan dari Kongres AS. Partai Republik menanggapi dingin hasil kesepakatan poros perdagangan tersebut. "Perjanjian TPP akan menyakiti konsumen dan angka pekerjaan Amerika," kata Senator Vermont.

Selain itu juga, para kritikus beranggapan, TPP akan mengurangi pekerjaan di sektor manufaktur. Imbas negatif lainnya adalah mengurangi standar lingkungan serta menaikkan harga obat.

Ketua Komite Keuangan Senat AS, Orrin Hatch bilang, kemitraan Trans-Pasifik memang merupakan kesempatan sekali dalam seumur hidup. "AS seharusnya tidak puas dengan kesepakatan biasa-biasa saja yang gagal untuk menetapkan aturan perdagangan berstandar tinggi di kawasan Asia Pasifik di tahun-tahun mendatang," ungkap Hatch.

Jurubicara Gedung Putih Josh Earnest menyatakan, butuh waktu beberapa bulan untuk membujuk mayoritas anggota parlemen AS agar meloloskan pakta perdagangan TPP. Namun, pemerintahan Obama yakin bisa mengantongi persetujuan dari parlemen. "Tujuan kami disini adalah untuk berbicara tentang manfaat dari perjanjian," jelas Earnest.

China tidak ikut

Secara geopolitik, kerangka kerjasama yang diciptakan oleh AS ini tadinya ditujukan untuk menjegal dominasi ekonomi China di kawasan Pasifik. Walaupun demikian, negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia itu tetap diundang untuk bergabung dalam lingkaran TPP.

Namun, TPP gagal merekrut China. "China berharap pakta TPP dan pengaturan perdagangan bebas lainnya bisa berkontribusi meningkatkan perdagangan, investasi dan pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik," tulis pernyataan Pemerintah China di situs kantor berita Xinhua.

Ekonom Bloomberg Fielding Chen mengatakan, sikap arogansi China menjadikan negara yang dipimpin oleh Xi Jinping keluar menjadi pecundang terbesar diantara negara kawasan Asia Pasifik lain.

Para eksportir China harus siap kehilangan beberapa pasar seperti AS, Jepang dan Vietnam. Untuk menyaingi pakta pertahanan bentukan AS ini, China akan mendorong rute perdagangan Asia ke Eropa dan merayu negara-negara lain untuk menjalin perdagangan bebas.

"China membuka pintu sendiri tetapi tidak ingin negara lain menutup pintu mereka," kata Chen seperti dikutip Bloomberg.

Menurut hitungan ekonom Petri, Plummer dan Zhai, China bisa kehilangan US$ 46 miliar dengan tidak bergabung dari TPP. Namun, China masih bisa memperoleh keuntungan dengan menjalin pakta perdagangan dengan Korea Selatan, Indonesia, Filipina dan Thailand .                     




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Strategi Penagihan Kredit / Piutang Macet secara Dini & Terintegrasi serta Aman dari Jerat Hukum

[X]
×