kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45999,83   6,23   0.63%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kembali Catat Rekor, Surplus Perdagangan Jerman Dikritik Banyak Pihak


Rabu, 22 Agustus 2018 / 00:19 WIB
Kembali Catat Rekor, Surplus Perdagangan Jerman Dikritik Banyak Pihak
ILUSTRASI. Gerai ritel Karstadt dan Kaufhof di Jerman


Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - DW. Jerman akan mencatatkan surplus perdagangan terbesar dunia selama tiga tahun berturut-turut. Kritik baik dari dalam dan luar negeri pun muncul terkait surplus senilai €264 miliar ini.

Nilai surplus perdagangan ini jauh lebih besar bila dibandingkan dengan negara pesaing terdekatnya yaitu Jepang dan Belanda, menurut penelitian yang diterbitkan Senin (21/8) oleh lembaga riset ekonomi yang berbasis di München, Ifo.

Angka surplus terbaru ini juga menunjukkan sedikit penurunan dari proporsi dari total kinerja ekonomi Jerman bila dibandingkan dengan 2017, yaitu turun dari 7,9 persen menjadi 7,8 persen.

Laporan Ifo juga memperhitungkan perdagangan barang, jasa dan pendapatan dari aset asing. Perdagangan barang adalah faktor pendukung dibalik surplus Jerman yang mencapai lebih dari €200 miliar ini.

Pendapatan dari aset juga diharapkan naik sebesar €63 miliar. Sementara di bidang jasa, Jerman diprediksi akan mengalami defisit sebesar €18 miliar.

Neraca perdagangan tidak seimbang

Angka-angka terbaru menunjukkan kekuatan dominan ekspor Jerman di dunia dan cenderung memicu kritik dari berbagai pihak.

Salah satunya dari Amerika Serikat dengan Presiden Donald Trump mengatakan Jerman sebagai salah satu penyebab utama defisit perdagangan AS senilai US $ 460 miliar.

Trump lantas mengancam akan mengenakan tarif terhadap mobil impor di AS yang merupakan produk ekspor terpenting Jerman.

Kritik lain pernah diungkapkan oleh satunya dari IMF yang mengatakan surplus Jerman dapat memicu ketegangan global.

Dalam wawancara dengan Deutsche Welle, Fabian Lindner dari Hans Böckler Foundation, salah satu lembaga riset ekonomi dan sosial di Jerman mengatakan kalau Jerman mengekspor lebih banyak daripada impor.

"Ini berarti negara lain di dunia mengimpor lebih banyak. Pada dasarnya mereka membiayai itu dengan utang. Jadi ekonomi kita meningkat karena negara lain utangnya meningkat dan ini jelas-jelas tidak berkelanjutan," ujar Lindner.

"Kondisi ini bagus untuk kita tapi pada satu titik mereka akan memiliki kesulitan membayar. Kita pernah mencapai titik ini pada krisis tahun 2009/2010," ujat Lindner.

Senada dengan Lindner, Christian Grimme dari Ifo juga mengatakan "Surplus perdagangan tinggi dan berkelanjutan dapat bermasalah jika piutang tidak dapat dibayar - misalnya ketika negara-negara asing tidak lagi dapat memenuhi beban bunga."

Selain itu, beberapa kalangan menuntut pemerintah Jerman menggunakan surplus saat ini guna memacu permintaan konsumen dan merangsang investasi.

Salah satu contoh usulan penggunaan dana surplus ini seperti dengan menaikkan upah serikat pekerja yang telah lama menuntutnya.

Pembelaan Berlin

Pemerintah Jerman bersikeras bahwa mencapai surplus besar bukanlah "target politik."

Selain itu, kebijakan pemerintah hanya dapat memiliki pengaruh yang terbatas. Tujuan pemerintah adalah menurunkan surplus dengan memperkuat permintaan konsumen.

Volker Treier, kepala analis perdagangan luar negeri di Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK), mengatakan keberhasilan perdagangan Jerman patut dirayakan dan meyakini kalau surplus ini dapat memicu investasi positif.

"(Surplus perdagangan) adalah indikator kinerja perusahaan Jerman dan daya tarik produk mereka - dan semua ini terjadi dalam situasi internasional yang sulit," katanya.

"Keluhan bahwa Jerman membanjiri dunia dengan produk-produknya adalah sungguh dangkal," Treier menambahkan.

Ia lebih lanjut juga menjelaskan kalau banyak perusahaan Jerman menggunakan surplus modal mereka untuk membiayai investasi di seluruh dunia.

Perusahaan Jerman diperkirakan mempekerjakan satu juta orang di China dan lebih dari 850.000 di AS.

Sementara Cina diperkirakan akan mencatat angka ekspor terbesar secara keseluruhan, tetapi peningkatan impor telah membuat keseluruhan surplus menurun pada paruh pertama 2018.




TERBARU

[X]
×