kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lira anjlok, krisis Turki kian parah


Senin, 13 Agustus 2018 / 06:03 WIB
Lira anjlok, krisis Turki kian parah


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Keruntuhan ekonomi Turki sudah diperkirakan selama bertahun-tahun. Lembaga pemeringkat kredit telah melihat bagaimana Turki menjaga tingkat utang bank.

Perekonomian Turki menyusut 10%–20%. Hal ini diikuti dengan melemahnya mata uang lira 15,88% menjadi TRL 6,4323 per dollar AS.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengikuti formula lama, yaitu menerbitkan kredit domestik dengan pinjaman luar negeri. Turki membeli barang-barang asing, hasilnya defisit akun negara saat ini membengkak menjadi 6,5% dari output nasional. Ini sama dengan apa terjadi di Yunani berdiri pada awal tahun 2012.

Perusahaan Turki juga telah meminjam dalam mata uang asing US$ 300 miliar dan sekarang harus membayarnya dalam lira Turki terdevaluasi. Sebagian besar utang perusahaan Turki dikeluarkan saat kurs lira Turki di 2 dollar AS. Sekarang lira telah mencapai 6 dollar. Sehingga biaya utang naik tiga kali lipat.

Beberapa pinjaman dibiayai bank Turki dengan meminjam dalam bentuk dollar AS atau euro. Sejatinya pada tahun 2001, Turki pernah mengalami kondisi sama. Tapi kala itu, Turki meminta pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF). Kini, Erdogan mengatakan, Turki sedang menjajaki alternatif pinjaman dari China, Rusia dan Iran.

Dibeli China

Awal pekan ini, Erdogan mengatakan, Turki akan menerbitkan obligasi Panda di pasar mata uang lokal China. Turki juga harus menjual sebagian aset paling penting.

Dengan nilai tukar saat ini maka seluruh perusahaan yang ada di indeks 100 Instanbul senilai US$ 35 miliar. Jika investor China membeli setiap saham dari setiap perusahaan pada indeks saham, devisa yang didapat bisa untuk menutup defisit hanya dalam waktu tujuh bulan. Berarti Turki harus menjual lebih banyak perusahaan publiknya untuk mengumpulkan uang yang dibutuhkan.

Altay Atli, Ekonom Turki mengatakan, Turki akan menawarkan lebih banyak kemitraan di pelabuhan dan infrastruktur transportasi China lainnya. Perusahaan pelayaran milik negara China, COSCO Pacific sudah memiliki 65% dari pelabuhan terbesar ketiga di Turki. "Saya percaya Turki dan China juga dapat memperluas kemitraan mereka di pelabuhan Turki lainnya," ujar Atli.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×