kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menguak sumber keuangan ISIS


Rabu, 20 Januari 2016 / 20:16 WIB
Menguak sumber keuangan ISIS


Sumber: money.cnn | Editor: Mesti Sinaga

Perang dan aksi teror yang dilancarkan ISIS di berbagai  belahan dunia, jelas memakan biaya besar.  Apa lagi,  kelompok yang menyerupai negara ini memberi subsidi pangan untuk publik, dan  menggaji para serdadu dan pegawainya.  

Menurut Congressional Research Service, setiap tentara ISIS memperoleh upah US$ 400-1.200 per bulan, plus  uang saku atau tunjangan untuk para istri sebesar US$ 50 dan US$ 25 untuk setiap anak.

Sementara, berdasar investigasi yang dilakukan oleh para peneliti PBB, ISIS membayar gaji yang lebih tinggi untuk insinyur dan teknisi, yakni US$ 1.500 per bulan  

Bagaimana kelompok yang diperkirakan memiliki ribuan tentara yang digaji ini mendanai semua kegiatannya?  Berikut hasil investigasi CNNMoney .

Berbeda dengan model pendanaan  Al-Qaeda yang bertumpu kepada sumbangan para donor kaya di Teluk Arab, ISIS  mengumpulkan uang sendiri.

Di tahun 2014 lalu, menurut Kementerian Keuangan AS,  ISIS mengantongi penghasilan sebesar  US$ 2 miliar.  

Lantas, bagaimana ISIS mengumpulkan penghasilan sebanyak itu?  Berikut sumber uang ISIS:

  1. Pajak:  lebih dari US$ 360 juta  per tahun

ISIS mengeruk dana dalam jumlah besar dari pajak yang dikenakan terhadap  8 juta penduduk sipil yang tinggal dan bekerja di wilayah  yang mereka duduki.

Hampir semua hal dipajaki oleh ISIS. Berdasarkan Geneva Centre for Security Policy,  berikut beberapa jenis pajak yang ditarik ISIS:

  • Pajak penghasilan 10%
  • Pajak usaha (10%-15%)
  • Pajak penjualan (2%)
  • Biaya / pajak atas penarikan dana (5%)
  • Pajak obat-obatan (10%-35%)

ISIS juga menarik  biaya pendidikan yang tidak ada sebelumnya.  ISIS  memungut  biaya bulanan untuk setiap anak yang bersekolah.

Untuk anak di sekolah dasar dipungut US$ 22 per bulan. Anak yang duduk di sekolah tingkat menengah US$ 43 per bulan, dan di tingkat universitas US$ 65 per bulan.

ISIS juga menarik bayaran US$ 200 – US$ 1.000  untuk ‘uang keamanan’ dari setiap penduduk yang melintasi wilayah kekuasaannya.

Bahkan, ISIS juga mengenakan pajak khusus untuk orang Kristen, semacam jaminan keamanan yang disebut jizyah.

Menurut Financial Action Task Force  - lembaga yang menelusuri keuangan teroris - ISIS juga menerapkan pajak khusus untuk menyedot dana dari pemerintahan Irak yang sah.

Jadi, ada sejumlah pegawai pemerintah Irak  yang tinggal di utara Irak, yang kini diduduki ISIS. Nah, ISIS mengizinkan mereka pergi ke kota terdekat, Tikrit untuk mengambil gaji.

Namun, mereka harus membayar pajak penghasilan sebesar 50% ketika mereka kembali ke wilayah ISIS.

Jika mereka bepergian keluar dari wilayah ISIS, mengunjungi keluarga misalnya, ISIS akan menarik biaya sebesar US$ 1.000.

Tak hanya itu, ketika orang-orang itu meninggalkan rumah, ISIS mengambil alih hak atas semua properti mereka, untuk jaga-jaga kalau-kalau orang-orang itu pergi selamanya.  

Berdasarkan penelitian pakar teroris Jean-Charles Brisard dan Damien Martinez,  dari semua pajak dan pungutan itu, di tahun 2014 ISIS mengantongi dana sekitar US$ 360 juta.

Kedua pakar ini memperkirakan, perolehan pajak dan pungutan itu  meningkat menjadi US$ 800 juta di tahun 2015 lalu.

  1. Penguasaan atas industri: US$ 1,3 miliar per tahun

ISIS juga mengeduk uang dari  kegiatan usaha di wilayah yang didudukinya.

Menurut organisasi pangan dunia FAO, ISIS telah memegang kontrol atas sepertiga  gandum dan jelai Irak.  Mereka juga kerap mencuri mesin pertanian dan menyewakannya kembali kepada para petani.

ISIS juga mengambil alih sebuah tambang  phosphate skala besar, pabrik pospat dan sulfur serta pabrik semen.

Menurut perkiraan Brisard dan Martinez, secara keseluruhan industri ini bisa menghasilkan US$ 1,3 miliar per tahun.

  1. Minyak : US$ 500 juta per tahun

ISIS telah membajak sumur dan kilang minyak. Tapi mereka tak memiliki tenaga ahli maupun peralatan yang memadai untuk menjalankannya dengan kapasitas penuh.

Diperkirakan di tahun 2014, ISIS memproduksi minyak sebanyak 50.000 barel per hari, tak sampai setengah dari potensi yang ada di kawasan tersebut.

Memang, sanksi internasional membuat ISIS tak bisa menjual minyak secara legal. Alhasil, ISIS  terpaksa menjualnya di pasar gelap. Dan hal itu bukan hal yang sulit mereka lakukan. 

ISIS menggunakan kembali rute penyelundupan lama  yang pernah dipakai di era 1990-an oleh Saddam Husein ketika terkena sanksi PBB.  

ISIS menjual minyak kepada penadah dengan harga seperempat harga pasar. Menurut  Financial Action Task Force, di 2014 saat harga minyak US$ 80 per barel, ISIS menjualnya dengan harga hanya US$ 20 per barel.

Namun kini situasi berbeda. Menurut Kementerian Pertahanan AS, meskipun masih menjadi sumber uang bagi ISIS, namun minyak bukan lagi penghasil uang nomor satu.

Pasukan koalisi yang dipimpin  AS telah melancarkan serangan udara sejak September 2014. Setidaknya pasukan koalisi telah melancarkan 8.573 serangan yang menyasar 260 infrastruktur minyak, ribuan pejuang ISIS, bangunan dan peralatan.

Oktober 2014, pasukan koalisi juga telah membantu pasukan Irak   mengambil alih penyulingan minyak besar Bayji dari tangan Irak.

Kini ISIS hanya memproduksi dan menyelundupkan minyak dalam jumlah yang sangat kecil. Ditambah lagi dengan penurunan harga minyak dunia yang kini berada di kisaran US$ 30  per barel, membuat penerimaan ISIS dari minyak sangat jauh berkurang.

  1. Penjarahan bank : US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar

Ketika merebut sebuah wilayah, ISIS mengklaim mereka juga menguasai perbankan. Di 2014, menurut Kementerian Keuangan AS, ISIS telah mengambil dana sebanyak US$ 1 miliar dari bank yang dikuasainya.

Memang, sumber uang semacam ini tidak berulang alias hanya terjadi sekali. Namun  suntikan dana sebanyak itu  telah menjadikan ISIS sebagai organisasi teroris  terkaya di muka bumi ini.

Perlu dicatat, ISIS memperlakukan bank swasta berbeda dengan bank pemerintah.

ISIS tak menyentuh dana di bank swasta. Mereka lebih memilih mengenakan pajak setiap kali orang menarik dananya dari bank.

Sebaliknya, ISIS telah menjarah cabang bank sentral Irak. Ketika mengambil alih  kota Mosul tahun 2014, ISIS menyita  US$ 450 juta dana  tunai dan emas dari cabang bank sentral yang ada di kota tersebut.  

Belakangan ISIS menyatakan, mereka menggunakan emas itu untuk membuat uang emas sendiri.

  1. Uang tebusan: US$ 20 juta – 45 juta per tahun

Jurnalis AS James Foley diculik 2012 dan ISIS menuntut tebusan US$ 132 juta. ISIS juga meminta tebusan US$ 200 juta untuk dua orang sandera asal Jepang, Kenji Goto Jogo dan Haruna Yukawa.  Tak satupun dari negara ini yang membayar, dan para korban penculikan itupun, seperti yang tampak di sebuah video, dibunuh.  

Banyak negara memang patuh pada sesolusi PBB untuk tidak mendanai teroris dengan membayar tebusan. Namun, akhirnya beberapa negara membayar uang tebusan.

Satu per satu teman-teman satu sel Foley di Raqqa, Siria telah dibebaskan karena negara mereka membayar tebusan.  Menurut hasil investigasi New York Times tahun 2014, sandera Prancis, Italia dan  Spanyol  dibebaskan oleh ISIS.

ISIS meraup US$ 20 juta hingga US 45 juta dari uang tebusan di 2014. 

Namun,  mayoritas korban penculikan ISIS sebetulnya bukanlah orang asing yang bekerja di lembaga bantuan internasional atau para jurnalis. Korban utama mereka adalah penduduk lokal, yakni masyarakat Kristen Siria dan warga Yazidi.

Yazidi adalah kelompok masyarakat yang punya agama sendiri. ISIS akan menghukum mereka yang tak mau menjadi muslim Sunni.  

Menurut Geneva Centre for Security Policy, Secara teratur ISIS ‘menciduk’ anggota keluarga Yazidi, lalu menuntut pembayaran US$ 3.000 semalam.

ISIS juga telah menculik ratusan warga Kristen Siria. Sebagian dilepaskan dengan bayaran US$ 1.700 per orang, menurut AFP.    




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×