kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menimba pengalaman dari tempatnya bekerja (2)


Rabu, 03 Januari 2018 / 13:31 WIB
Menimba pengalaman dari tempatnya bekerja (2)


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tri Adi

Beberapa pemain oportunis memasok minyak murah dari negara-negara yang terkena embargo seperti Iran dan Irak dan mengirimnya ke beberapa negara di belahan dunia lain. Pengusaha seperti ini berhasil tumbuh dengan meminjam sejumlah besar uang dari bank, hingga praktik-praktik curang seperti penghindaran membayar pajak.

Salah satu pemain nakal tersebut kebetulan adalah bos si Harry sendiri. Beberapa tahun setelah bekerja di perusahaan tersebut, ia mencium praktik bisnis tak sehat yang dilakukan bosnya. Maka pada 1989, ia memutuskan mengundurkan diri,

Beberapa tahun sebelum Harry mundur dari Gulf Group, seorang pengusaha bernama Richard Elman mendirikan perusahaan pelayaran bernama Noble Group. Sadar ada bakat dalam diri Harry, ia buru-buru mengajaknya bergabung ke perusahaan tersebut.

Sementara itu, Noble berada dalam waktu dan tempat yang tepat. Pasalnya China yang saat itu disebut sebagai raksasa tidur mulai menggerakan roda ekonominya. China membutuhkan banyak bahan baku untuk membangun jalan, pelabuhan hingga pabrik. Di sisi lain, sejumlah negara seperti Australia, Filipina dan Vietnam mulai mengekspor mineral hingga komoditas pertanian.

Terlebih, kawasan Asia tidak berada di radar bisnis dari sejumlah pemain komoditas besar dunia semisal Cargill dan Vitol. Sehingga Noble memiliki kesempatan bertumbuh nyaris tanpa tantangan.

Bergabung bersama Noble menjadi momen pembelajaran penting bagi Harry. Karena pada periode tersebut, Pemerintah China banyak melakukan manuver dalam membuat kebijakan yang turut berpengaruh terhadap kondisi ekonomi. Dari sana ia sadar betapa risiko politik bisa mempengaruhi bisnis.

Ia kemudian mengembangkan kemampuannya untuk bisa menjalin relasi dengan sejumlah pihak. Mulai dari bankir, eksportir, sampai kalangan birokrat. Untuk menjalin relasi ini, ia kerap harus bepergian ke daerah-daerah terpencil guna mendapatkan peluang-peluang bisnis baru.

Tentu ini bukan perkara mudah baginya. Meski China membutuhkan pasokan komoditas, tapi sistem saat itu masih ketinggalan zaman. Bahkan beberapa pembuat kebijakan di China pada saat itu tak bisa berbahasa Inggris.   

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×