kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,72   -19,77   -2.14%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Luncurkan Stadia, Google merangsek industri gim berbasis komputasi awan


Rabu, 20 Maret 2019 / 20:36 WIB
Luncurkan Stadia, Google merangsek industri gim berbasis komputasi awan


Sumber: Techcrunch | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - SAN FRANSISCO. Bos Google Sundar Pichai menggebrak pembukaan gelaran Game Developer Center (GDC) 2019 di San Francsisco, Amerika Serikat Senin (18/3). Pada momen itu, Googel merilis platform gim bertajuk Stadia.

Stadia bukan konsol gim layaknya Playstation dari Sony, maupun Xbox produksi Microsoft. Stadia merupakan platform gim berbasis komputasi awan. Ia tak butuh konsol, cukup perangkat keluaran Google, atau bahkan sekadar browser Chrome. Dengan catatan punya koneksi internet yang mumpuni.

“Dengan Google, gim anda dapat diakses langsung oleh 2 miliar orang di Chrome, Chromebook, Chromecast, hingga Pixel. Dan kami berencana akan meluaskannya ke lebih banyak platform lain ke depannya,” kata Pichai dikutip dari TechCrunch, Rabu (20/3).

Meski tak merinci, secara sederhana Stadia sejatinya sebuah konsol digital. Ia tak memerlukan perangkat keras, lantaran berbasis komputasi awan. Laptop, komputer meja, bahkan konsol gim yang terakses internet pun dapat mengakses Stadia melalui Chrome.

Untuk memudahkan bermain, Google juga sekaligus merilis Google Controller. Agar memudahkan pemain memutar gim di TV hanya berbekal Chromecast misalnya. Google Controller terhubung terhubung melali WIFI dan Bluetooth.

Namun jika, mengakses Stadia melalui konsol gim, maupun, controller bawaan masih dapat digunakan. Pun papan ketik dan tetikus di komputer. Ataupun secara analog di gawai Pixel.

Pichai bilang Stadia diluncurkan untuk menghadirkan kemudahan bermain gim. Orang tak perlu lagi membeli peralatan berteknologi tinggi, yang diganti dengan kebutuhan internet berkecepatan tinggi.

Meski demikian, Google tak melupakan ihwal kenyamanan bermain. Untuk hal ini, Google menggandeng AMD, produsen kartu grafis kelas atas. Bersama AMD, Stadia diklaim punya kinerja grafis yang dapat mengalahkan PS4 Pro dan Xbox One X. Stadia dapat dimainkan dalam resolusi 4K dengan 60Fps.

Sayang, dalam presentasinya Pichai belum menyatakan kapan Stadia dirilis, termasuk soal sistem pembayaran maupun harga menggunakan Stadia. Entah secara berlangganan atau akses gratis dengan menampilkan banyak iklan Google Ads.

Yang pasti Pichai bilang telah mengundang 100 pengembang gim terkemuka untuk dapat menyesuaikan gim-gimnya dengan konfigurasi Stadia.

Di lain sisi untuk menunjang pasokan gim di Stadia, dalam presentasinya, Pichai bilang bahwa Google juga turut meluncurkan studio gim pertama miliknya: Stadia Games and Entertainment. Studio yang dipimpin Jade Raymond ini kelak akan memproduksi gim eksklusif yang hanya bisa dimainkan di Stadia.

Secara umum, kehadiran Stadia tentu saja bikin disrupsi industri gim. Ia mengganggu rantai pasok industri ini yang mapan bertahun-tahun. Tak cuma produsen konsol gim macam Sony, Microsoft, atau bahkan Nintendo.

Stadia juga jelas mengancam produsen perangkat keras komputer yang punya lini produk gim, terutama produsen kartu grafis. Di samping itu, ia juga mengganggu kanal distribusi gim macam Steam milik Valve.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×