Sumber: Associate Press | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Rudal jarak menengah seperti Oreshnik sebenarnya pernah dilarang dalam perjanjian era Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, yang ditinggalkan kedua negara pada 2019.
Sebelumnya, Rusia juga telah menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus, negara yang wilayahnya digunakan Moskow sebagai salah satu titik peluncuran invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022. Lukashenko mengklaim Belarus kini menampung puluhan senjata nuklir taktis milik Rusia.
Dalam perjanjian keamanan yang ditandatangani Desember 2024, Putin menyebut meski kendali Oreshnik tetap di tangan Rusia, Moskow akan mengizinkan Minsk menentukan target serangan. Jika target berada dekat wilayah Belarus, rudal tersebut bahkan bisa membawa muatan hulu ledak yang lebih berat.
Pada 2024, Kremlin juga merilis doktrin nuklir baru, yang menyatakan bahwa serangan konvensional terhadap Rusia yang didukung negara pemilik senjata nuklir akan dianggap sebagai serangan gabungan. Kebijakan ini jelas ditujukan untuk menghalangi Barat mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh ke wilayah Rusia, sekaligus menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir Rusia.
Doktrin baru tersebut juga menempatkan Belarus di bawah payung nuklir Rusia.
Lukashenko sendiri telah memimpin Belarus selama lebih dari tiga dekade dengan tangan besi. Pemerintahannya berulang kali dijatuhi sanksi Barat karena pelanggaran HAM dan karena mengizinkan Rusia menggunakan wilayah Belarus untuk menyerang Ukraina. Tokoh oposisi Belarus Sviatlana Tsikhanouskaya menilai penempatan Oreshnik semakin memperdalam ketergantungan militer dan politik Belarus terhadap Rusia.
Tonton: OJK Percepat Konsolidasi, Sejumlah BPR Berguguran Sepanjang 2025
Kesimpulan
Masuknya rudal Oreshnik ke status operasional aktif di Belarus menandai eskalasi strategis Rusia di tengah proses negosiasi damai Ukraina yang rapuh. Langkah ini memperkuat posisi tawar Moskow, sekaligus meningkatkan kekhawatiran NATO karena jangkauan rudal yang luas dan potensi muatan nuklirnya. Penempatan ini juga mempertegas ketergantungan Belarus terhadap Rusia serta menurunkan ambang penggunaan senjata nuklir dalam dinamika konflik Eropa Timur.













