Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - PORT-AU-PRINCE. Kepolisian Haiti pada hari Kamis (8/7) mengumumkan bahwa setidaknya ada 28 orang yang terlibat dalam pembunuhan Presiden Haiti, Jovenel Moise. Mereka terdiri dari 26 warga Kolombia dan 2 warga Amerika Serikat keturunan Haiti.
Dilansir dari Reuters, pihak berwenang melacak tersangka pembunuh pada hari Rabu (7/7) ke sebuah rumah di dekat tempat kejadian kejahatan di Petionville, pinggiran utara perbukitan ibukota, Port-au-Prince.
Baku tembak berlangsung hingga larut malam dan pihak berwenang menahan sejumlah tersangka pada hari Kamis.
Kepala Polisi Charles Leon mengarak 17 pria di depan wartawan pada konferensi pers Kamis malam, menunjukkan sejumlah paspor Kolombia, ditambah senapan serbu, parang, walkie-talkie dan bahan-bahan termasuk pemotong baut dan palu.
"Orang asing datang ke negara kami untuk membunuh presiden. Ada 26 orang Kolombia, diidentifikasi dengan paspor mereka, dan dua orang Amerika-Haiti juga," ungkap Leon.
Baca Juga: Presiden Haiti tewas ditembak, Amerika sebut itu pembunuhan keji
Lebih lanjut, ia mengumumkan bahwa tiga orang dari penyerang tewas dalam baku tembak dan delapan orang lainnya masih buron.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Menteri Pertahanan Kolombia, Diego Molano, mengatakan bahwa warga Kolombia yang terlibat dalam serangan itu adalah pensiunan anggota militer negara itu. Ia meyakinkan pihak Kolombia juga akan bekerja sama dalam penyelidikan.
Pihak berwenang belum bisa menentukan motif pembunuhan itu. Namun dugaan mengarah kepada adanya kekecewaan terhadap pemerintahan Moise.
Sejak menjabat pada tahun 2017, Moise telah menghadapi protes massal terhadap pemerintahannya. Mulai dari tuduhan korupsi, kegagalan mengelola ekonomi negara, serta upaya kuatnya untuk tetap ada di kursi pemerintahan.
Ditembak di rumah pribadi
Presiden Haiti, Jovenel Moise, tewas dibunuh dalam serangan di rumahnya pada Rabu malam waktu setempat. Ibu Negara Martine Moise tertembak dalam serangan itu tapi selamat, dan saat ini dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Presiden Haiti tewas ditembak dalam serangan di rumah pribadinya
Haiti, negara termiskin di Amerika, sudah berada dalam situasi politik yang genting sebelum pembunuhan itu, menjadi semakin tidak stabil dan tidak puas di bawah Pemerintahan Moise.
Moise yang berusia 53 tahun, memerintah melalui dekrit selama lebih dari dua tahun setelah negara itu gagal menyelenggarakan pemilihan umum dan oposisi menuntut pengunduran dirinya dalam beberapa bulan terakhir.
Kosongnya kepemimpinan akan membuat negara termiskin di Amerika itu semakin bergejolak di tengah perpecahan politik, kelaparan, dan kekerasan geng yang meluas.
Keadaan darurat 15 hari diumumkan pada hari Rabu untuk membantu pihak berwenang menangkap para pembunuh.
Di sisi lain, Perdana Menteri sementara Claude Joseph mengatakan pada hari Kamis bahwa sudah waktunya bagi ekonomi untuk dibuka kembali dan bahwa dia telah memberikan instruksi kepada bandara untuk memulai kembali operasi.