kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

5 Juta lebih orang di dunia menjadi jutawan saat kondisi pandemi


Jumat, 25 Juni 2021 / 11:04 WIB
5 Juta lebih orang di dunia menjadi jutawan saat kondisi pandemi
ILUSTRASI. Meskipun terjadi kerusakan ekonomi akibat pandemi, lebih dari lima juta orang menjadi jutawan di seluruh dunia pada tahun 2020. KONTAN/Carolus Agus Waluyo/05/02/2021.


Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Meskipun terjadi kerusakan ekonomi akibat pandemi, lebih dari lima juta orang menjadi jutawan di seluruh dunia pada tahun 2020.

Menurut penelitian Credit Suisse, jumlah jutawan meningkat 5,2 juta menjadi 56,1 juta secara global. Di sisi lain, banyak warga miskin menjadi lebih miskin lagi.

BBC melaporkan, pada tahun 2020, lebih dari 1% orang dewasa di seluruh dunia menjadi jutawan untuk pertama kalinya.

Pulihnya pasar saham dan melonjaknya harga rumah membantu meningkatkan nilai kekayaan mereka.

Menurut para peneliti, penambahan kekayaan tampaknya benar-benar terlepas dari kesengsaraan ekonomi akibat pandemi.

Baca Juga: Milarder baru Korea Selatan ini dalang di balik kesuksesan BTS

"Suku bunga yang lebih rendah dan program dukungan pemerintah telah menyebabkan "transfer besar" kekayaan dari sektor publik ke sektor rumah tangga," tambah mereka, seperti yang dikutip BBC.

Kondisi ini telah mendorong lonjakan tabungan rumah tangga, yang menggelembungkan aset keuangan rumah tangga dan menyebabkan utang rumah tangga menjadi lebih rendah daripada yang seharusnya.

Baca Juga: Kekayaan Bernard Arnault semakin bertambah, Jeff Bezos makin tertinggal

Jumlah individu dengan kekayaan bersih sangat tinggi, biasanya didefinisikan sebagai mereka yang memiliki aset yang dapat diinvestasikan lebih dari US$ 30 juta, tumbuh sebesar 24% di seluruh dunia pada tahun 2020. Ini merupakan tingkat kenaikan tercepat sejak tahun 2003.

Credit Suisse mengatakan, total jumlah jutawannya mungkin lebih tinggi dari perkiraan organisasi lain karena mencakup aset yang dapat diinvestasikan dan yang tidak dapat diinvestasikan, seperti rumah yang ditempati pemilik.

Anthony Shorrocks, ekonom dan penulis Global Wealth Report, mengatakan pandemi memiliki dampak jangka pendek yang akut pada pasar global. Akan tetapi dia menambahkan, sebagian besar kondisi ini terbalik pada akhir Juni 2020.

"Kekayaan global tidak hanya stabil dalam menghadapi gejolak seperti itu, tetapi pada kenyataannya meningkat pesat di paruh kedua tahun ini," katanya.

Baca Juga: Mengejutkan! Bill dan Melinda Gates umumkan perpisahan setelah 27 tahun menikah

Namun, perbedaan kekayaan antara orang dewasa melebar pada tahun 2020. Shorrocks mengatakan jika kenaikan harga aset, seperti kenaikan harga rumah, dihapus dari analisis, maka kekayaan rumah tangga global mungkin mengalami penurunan.

"Dalam kelompok kekayaan yang lebih rendah di mana aset keuangan kurang lazim, kekayaan cenderung tidak bergerak, atau, dalam banyak kasus, mengalami kemunduran," katanya.

"Beberapa faktor yang mendasari mungkin mengoreksi diri dari waktu ke waktu. Misalnya, suku bunga akan mulai naik lagi di beberapa titik, dan ini akan mengurangi harga aset," paparnya.

Baca Juga: Masuk Forbes 30 Under 30, duo kakak-beradik sukses besarkan bisnis remitansi

Menurut laporan yang sama, total kekayaan global tumbuh sebesar 7,4%.

Sejak awal abad ke-21, jumlah orang dengan kekayaan antara US$ 10.000 dan US$ 100.000 telah meningkat lebih dari tiga kali lipat dari 507 juta pada tahun 2000 menjadi 1,7 miliar pada pertengahan 2020.

Mereka mengatakan, peningkatan tersebut mencerminkan kemakmuran yang tumbuh di negara-negara berkembang, terutama China, dan perluasan kelas menengah di negara berkembang.

"Tidak dapat disangkal tindakan yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral untuk mengatur program transfer pendapatan besar-besaran untuk mendukung individu dan bisnis yang paling terkena dampak pandemi, dan dengan menurunkan suku bunga, telah berhasil menghindari krisis global skala penuh," papar Nannette Hechler-Fayd'herbe, kepala investasi di Credit Suisse.

Dia menambahkan, penurunan suku bunga oleh bank sentral mungkin memiliki dampak terbesar.

"Ini adalah alasan utama mengapa harga saham dan harga rumah berkembang pesat, dan ini diterjemahkan langsung ke dalam penilaian kami atas kekayaan rumah tangga," jelas Hechler-Fayd'herbe.

Baca Juga: Hai milenial, ini 10 kiat sukses menjadi jutawan sebelum usia 30 tahun

Namun dia menambahkan bahwa intervensi ini dilakukan dengan biaya yang besar.

"Utang publik relatif terhadap PDB telah meningkat di seluruh dunia sebesar 20 poin persentase atau lebih di banyak negara," imbuhnya. 

Hechler-Fayd'herbe menjelaskan, alasan utama mengapa harga saham dan harga rumah mengalami kenaikan adalah karena penurunan suku bunga oleh bank. 

"Hal ini diterjemahkan langsung ke dalam penilaian kami atas kekayaan rumah tangga," jelasnya.

Selanjutnya: MacKenzie Scott, mantan istri Jeff Bezos menggelontorkan Rp 38,61 triliun untuk amal



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×