Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kasus sapi gila yang kembali ditemukan di Brasil ternyata tak memberikan dampak signifikan pada perdagangan langsung ke China. Bahkan, importir daging sapi China berharap, perdagangan antara kedua negara tetap dibuka.
Sebelumnya, pada Sabtu (3/9), Brasil mengkonfirmasi dua kasus penyakit sapi gila 'atipikal' di negara bagian yang berbeda, dan menangguhkan ekspor daging sapi ke China. Ini memang merupakan bagian dari kesepakatan terkait masalah sapi gila dengan para pembeli utamanya.
Asal tahu saja, Brasil mendominasi 40% pangsa impor daging sapi China. Walau ada penangguhan, harga tidak bergerak liar pada hari Senin (6/9) karena beberapa importir masih mencari kesepakatan.
"Kami masih membeli, pabrik harus menjaga stok mereka," kata Grace Gao, manajer umum di importir Goldrich International yang berbasis di Dalian.
Baca Juga: Kembali muncul, Brasil selidiki kasus dugaan penyakit sapi gila
Di Brasil, pengolah daging sapi terbesar keempat Frigol mengatakan bahwa mereka akan merumahkan pekerja di salah satu pabriknya selama 15 hari. Sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa langkah itu sebagai tanggapan atas penangguhan ekspor.
Frigol mengatakan, cuti itu karena perlambatan musiman dalam permintaan Israel dan menolak mengomentari kemungkinan koneksi ke ekspor China. Perusahaan tidak segera memberikan rincian tentang berapa banyak yang cuti yang diberikan kepada pekerjanya.
Sapi gila 'atipikal' dianggap memiliki risiko lebih rendah daripada bentuk penyakit klasik, karena penyakit ini terjadi secara alami dan hanya terjadi secara sporadis pada sapi yang lebih tua.
Sementara itu, penyakit sapi gila 'klasik', atau yang biasa disebut BSE, ditularkan melalui pakan yang terkontaminasi dan telah dikaitkan dengan varian penyakit Creutzfeldt-Jakob pada manusia.
Brasil sebelumnya menangguhkan ekspor selama 10 hari pada 2019 setelah melaporkan kasus 'tidak biasa'.
"Saya berasumsi pemerintah China tidak akan melarang impor," kata Pan Chenjun, analis senior di Rabobank. "Brasil sangat penting."
Otoritas bea cukai China tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Baca Juga: Wisatawan bakal bisa berkunjung ke Venesia lagi, tapi ada syaratnya
Berdasarkan data Bea Cukai China, Brasil telah mengirimkan lebih dari 500.000 ton daging sapi ke China dari Januari hingga Juli tahun ini. Jumlah itu 38% dari total impor China.
Bahkan, impor dari Brasil ini berada jauh di atas pemasok nomer kedua yakni Argentina, yang telah mengirimkan hanya sedikit di bawah 300.000 ton di periode yang sama.
Pasokan daging sapi global sangat ketat dan harga sudah mencapai rekor tertinggi, tambah pembeli besar daging sapi China lainnya.
"Kalau ini hanya berlangsung 15 hari, tidak akan ada pengaruhnya sama sekali. Brasil masih berproduksi, dan butuh dua bulan untuk mengirim daging ke sini," tambahnya, yang menolak disebutkan namanya karena tidak diizinkan berbicara kepada media.
Sementara impor daging babi China turun karena pemulihan pasokan domestik, permintaan daging sapi China terus tumbuh.
Irlandia, pemasok daging sapi yang lebih kecil ke China, melaporkan kasus penyakit sapi gila 'tidak biasa' pada Mei tahun lalu. Itu belum bisa melanjutkan ekspor.