Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Banyak warga AS yang meyakini, hasil pemilu belum akan diketahui pada 3 November malam. Pasalnya, jumlah pemungutan suara menembus angka rekor yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kemungkina, hasil akhir pemungutan suara akan memakan waktu berminggu-minggu.
Dan dalam periode ketidakpastian itu, ada kekhawatiran kerusuhan sipil akan meletus.
Kedua belah pihak bisa mengklaim kemenangan, dan informasi yang salah tentang hasil pemilu bisa tersebar luas.
Selain itu, kekhawatiran yang dicemaskan adalah berita palsu dan ujaran kebencian di media sosial bisa mengobarkan ketegangan.
Untuk meredam hal tersebut, sejumlah perusahaan teknologi besar (big tech) sudah memikirkan strategi untuk meredam kemungkinan terjadinya keos. Berikut langkah-langkah mereka seperti yang dilansir BBC:
Baca Juga: Ada seruan boikot produk Home Depot, ini penyebabnya
Twitter mengatakan, setelah hari pemilihan, setiap kandidat tidak akan diizinkan untuk mengklaim bahwa mereka telah memenangkan pemilihan sebelum hasil yang diumumkan.
Twitter juga mengatakan kandidat tidak dapat men-tweet atau me-retweet konten yang mendorong campur tangan dalam proses pemilihan.
Apa yang akan dilakukannya jika itu terjadi? Nah, menurut Twitter, pihaknya akan mengarahkan orang ke sumber daya dengan informasi yang akurat dan terkini tentang status pemilu.
Kedengarannya seperti Twitter tidak akan menghapus tweet atau bahkan menekannya. Tapi tweet tersebut akan diberi label.
Baca Juga: Pecah rekor, kasus virus corona harian di AS tembus 100.000 dalam 24 jam