Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Bulan lalu, Nick Clegg memberi tahu Hannah Murphy dari FT bahwa ada beberapa opsi pemecahan masalah yang tersedia dalam skenario ekstrem.
Apa sajakah pilihan itu? Facebook tidak mengatakannya.
Tetapi Wall Street Journal telah melaporkan bahwa beberapa dari rencana ini termasuk mengubah algoritme umpan berita untuk menekan postingan viral yang menyebarkan kekerasan atau berita palsu.
Mereka juga dapat menonaktifkan tagar tertentu yang terkait dengan informasi salah seputar hasil pemilu.
Baca Juga: Apakah militer AS campur tangan bila transfer kekuasaan tersendat saat Trump kalah?
Dan mereka akan menurunkan standar untuk apa yang mereka hapus.
Ini akan menjadi teknik yang digunakan Facebook di bagian lain dunia seperti Sri Lanka dan Myanmar.
Sebelumnya Facebook juga sudah memberi label informasi yang salah pada pemungutan suara.
Mereka juga bekerja sama dengan Reuters untuk memberikan hasil pemilu yang akurat pada malam dan hari-hari setelah pemilu.
Google dan Youtube
Google bekerja sama dengan Associated Press (AP) - untuk memberikan hasil pemilu yang resmi.
Jadi di hari-hari setelah pemilu jika Anda mencari "Siapa yang memenangkan pemilu?" Pencarian Google akan mengarahkan Anda ke hasil AP yang diperbarui.
Google juga mengatakan akan menghentikan sementara iklan yang mengacu pada pemilihan 2020, kandidat atau hasilnya setelah hari pemilihan.
Dikatakan itu dilakukan untuk membatasi potensi iklan untuk meningkatkan kebingungan pasca pemilihan.
Baca Juga: Bangkit, ekonomi AS catat rekor tumbuh 33,1% di kuartal III 2020
YouTube mengatakan tidak akan mengizinkan "klaim menyesatkan tentang pemungutan suara atau konten yang mendorong campur tangan dalam proses demokrasi".
Ia juga mengatakan akan menghapus konten palsu yang mengklaim bahwa surat suara mail-in telah dimanipulasi untuk mengubah hasil pemilihan.
Google juga mengatakan akan menegakkan aturan yang sudah ada sebelumnya pada konten yang mempromosikan kekerasan.