Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. CEO Alphabet, Sundar Pichai, resmi masuk dalam daftar orang terkaya dunia dengan total kekayaan bersih mencapai US$ 1,1 miliar.
Capaian tersebut sebagian besar berasal dari kepemilikan saham sebesar 0,02% di Alphabet—perusahaan induk Google yang kini bernilai lebih dari US$ 2,3 triliun, serta kompensasi jangka panjang yang diterimanya selama menjabat.
Kenaikan harga saham Alphabet, yang meningkat 13% dalam sebulan terakhir berkat optimisme pasar terhadap perkembangan kecerdasan buatan (AI), turut mendorong lonjakan kekayaan Pichai.
Meski demikian, kekayaan eksekutif asal India ini tetap jauh di bawah jajaran pendiri perusahaan teknologi besar seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, atau Jensen Huang, karena Pichai bukanlah pendiri Alphabet dan tidak memiliki saham dalam jumlah besar sejak awal.
Baca Juga: CEO Alphabet Tegaskan Kembali Rencana Belanja Modal Sebesar US$ 75 Miliar di 2025
Selama satu dekade terakhir, Pichai diketahui telah menjual saham Alphabet senilai sekitar US$ 650 juta. Jika ia mempertahankan saham-saham tersebut, nilainya kini dapat melebihi US$ 1 miliar, dan membuat kekayaan bersihnya mencapai sekitar US$ 2,5 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index.
Pada Juni lalu, Pichai menjual sekitar 33.000 saham Alphabet kelas C seharga US$ 169 per lembar, dengan total nilai penjualan sekitar US$ 5,5 juta. Saat ini, harga saham tersebut telah naik menjadi lebih dari US$ 193 per lembar, atau bernilai lebih dari US$ 6,4 juta.
Alphabet tidak memberikan komentar terkait hal ini.
Penjualan Saham Terjadwal
Sebagian besar penjualan saham oleh Pichai dilakukan berdasarkan Aturan 10b5-1, yakni mekanisme yang memungkinkan pejabat perusahaan publik untuk menjadwalkan penjualan saham di muka guna menghindari dugaan perdagangan orang dalam.
Aturan ini menetapkan bahwa jumlah, harga, dan waktu penjualan ditentukan secara otomatis melalui formula, serta dilakukan oleh pihak ketiga yang independen.
Baca Juga: Alphabet Anggarkan Belanja Modal US$ 75 Miliar
Penjualan saham Pichai pada 4 Juni dan 16 Juli 2025 juga dilakukan di bawah aturan tersebut, sebagaimana penjualan pada tahun-tahun sebelumnya. Strategi ini dinilai lazim di kalangan eksekutif perusahaan besar.
Sebagai perbandingan, CEO Nvidia Jensen Huang disebut secara rutin menjual saham hampir setiap hari dengan nilai mencapai US$ 14 juta, juga melalui skema serupa.
Menurut James Reda, Direktur Pelaksana di firma konsultan Gallagher, pendekatan ini merupakan langkah yang bijak.
Baca Juga: Pasar EV Makin Panas! Xpeng Resmi Masuk Indonesia di Bawah Bendera Erajaya Group
Ia menyebutkan bahwa menjual saham secara bertahap lebih sehat ketimbang menjadikan saham sebagai jaminan pinjaman seperti yang dilakukan sebagian tokoh teknologi lainnya.
Reli AI dan Lonjakan Kekayaan
Kinerja Alphabet terus membaik seiring tingginya perhatian terhadap AI. Dalam laporan keuangan kuartal kedua, perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 14% secara tahunan menjadi US$ 96,4 miliar.
Google Search, YouTube Ads, Google Cloud, dan layanan berlangganan turut mencatatkan pertumbuhan dua digit.
Dalam panggilan pendapatan perusahaan, istilah "AI" disebut sekitar 90 kali, mencerminkan fokus utama Alphabet pada teknologi ini.
Tahun lalu, sejumlah orang terkaya dunia seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, dan Larry Ellison juga mencatat peningkatan kekayaan besar berkat teknologi AI, dengan total tambahan mencapai US$ 585 miliar.
Terkait kekhawatiran akan potensi hilangnya talenta AI akibat persaingan ketat, termasuk dari Meta dan OpenAI, Pichai menegaskan bahwa Alphabet telah lama berinvestasi dalam pengembangan talenta AI.
Baca Juga: Kata Mokel Resmi Masuk KBBI, Ini Arti dan Penggunaan Bahasa Gaul
Ia menyebut bahwa misi perusahaan, akses terhadap sumber daya komputasi, serta kolaborasi dengan individu terbaik di industri menjadi daya tarik utama bagi para talenta untuk tetap bertahan di Alphabet.
"Kami cukup kompetitif di semua bidang tersebut," ujar Pichai.