Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa pemerintah AS akan mengambil alih 10% kepemilikan saham di Intel melalui sebuah kesepakatan dengan produsen chip yang tengah kesulitan tersebut.
Langkah ini menandai intervensi terbaru Gedung Putih dalam dunia korporasi.
AS sepakat membeli 9,9% saham Intel dengan nilai US$8,9 miliar atau setara US$20,47 per saham. Harga ini lebih rendah sekitar US$4 dibanding harga penutupan saham Intel di level US$24,80 pada perdagangan Jumat (22/8/2025).
Baca Juga: Proyek Besar Intel Dibatalkan, Pakar Semikonduktor Hijrah ke Samsung
Pembelian 433,3 juta saham tersebut akan menggunakan dana dari US$5,7 miliar hibah CHIPS Act yang belum dibayarkan serta US$3,2 miliar dana program Secure Enclave.
Meski demikian, saham Intel turun 1,2% dalam perdagangan setelah jam bursa pada Jumat.
Trump dijadwalkan bertemu CEO Intel Lip-Bu Tan pada hari yang sama. Pertemuan ini terjadi setelah sebelumnya Trump sempat mendesak agar Tan mundur dari jabatannya karena dianggap memiliki keterkaitan dengan perusahaan China.
“Dia datang ingin mempertahankan pekerjaannya, tapi akhirnya memberikan kita US$10 miliar untuk Amerika Serikat. Jadi kita dapat US$10 miliar,” kata Trump.
Menteri Perdagangan Howard Lutnick lewat akun X mengonfirmasi kesepakatan tersebut.
“Amerika Serikat kini resmi memiliki 10% saham Intel,” tulisnya, sembari menegaskan kesepakatan itu adil bagi Intel dan rakyat AS.
Nilai investasi ini hampir setara dengan total hibah CHIPS Act yang semula akan diterima Intel untuk membangun pabrik chip di AS.
Baca Juga: Intel Dapat Dukungan di Tengah Krisis, SoftBank Suntikan Modal Rp 32,6 Triliun
Kesepakatan ini menjadi bagian dari serangkaian langkah tidak biasa pemerintah AS, termasuk perjanjian dengan Nvidia yang memberikan hak penjualan chip AI H20 ke China dengan imbalan 15% dari total penjualannya, serta rencana Pentagon menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan tambang kecil untuk meningkatkan produksi magnet tanah jarang.
Menurut Daniel Morgan, Senior Portfolio Manager di Synovus Trust suntikan modal dari pemerintah maupun SoftBank, yang pekan ini membeli 2 miliar saham Intel tidak serta-merta menyelesaikan masalah fundamental Intel.
“Tanpa dukungan pemerintah atau mitra yang jauh lebih kuat secara finansial, sulit bagi unit foundry Intel untuk memperoleh modal yang cukup guna membangun pabrik baru dalam skala yang wajar,” ujarnya.
Intel hingga kini menolak memberikan komentar. Analis menilai dukungan pemerintah bisa memberi ruang napas bagi Intel untuk membalikkan kinerja unit foundry yang merugi, meski perusahaan masih terbebani oleh peta jalan produk yang lemah dan kesulitan menarik pelanggan ke pabrik barunya.
Baca Juga: Sosok CEO Intel yang Bikin Trump Terpesona dan Kekayaannya Capai Rp 17,8 Triliun
Trump sendiri mengambil pendekatan yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait keamanan nasional, dengan mendorong keterlibatan pemerintah dalam sektor semikonduktor dan mineral strategis.
CEO Intel Lip-Bu Tan, yang baru menjabat sejak Maret, kini menghadapi tantangan berat untuk membangkitkan kembali ikon industri chip AS tersebut. Intel pada 2024 mencatat kerugian tahunan US$18,8 miliar, yang menjadi kerugian pertama sejak 1986.