Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 500 orang terkaya di dunia, yang dipimpin oleh Jensen Huang, salah satu pendiri Nvidia Corp., kehilangan total US$ 108 miliar atau sekitar Rp 1.746 triliun (kurs Rp 16.171) pada Senin (27/1).
Penurunan ini terjadi akibat aksi jual besar-besaran yang dipicu oleh perusahaan teknologi asal China, DeepSeek, yang menyebabkan indeks utama pasar saham anjlok.
Huang mengalami kerugian terbesar secara persentase, dengan penurunan kekayaan sebesar US$ 20,1 miliar atau sekitar Rp 325 triliun, setara 20% dari total kekayaannya.
Baca Juga: Enam Orang Kaya Dunia Ini Buktikan Membaca Bisa Membuat Anda Sukses
Larry Ellison, salah satu pendiri Oracle Corp., kehilangan US$ 22,6 miliar atau sekitar Rp 365,4 triliun, yang merupakan kerugian terbesar secara nominal namun hanya 12% dari total kekayaannya.
Sementara itu, Michael Dell dari Dell Inc. merugi US$ 13 miliar atau sekitar Rp 210,2 triliun, dan Changpeng “CZ” Zhao, salah satu pendiri Binance Holdings Ltd., kehilangan US$ 12,1 miliar atau sekitar Rp 195,6 triliun.
Sektor teknologi menjadi penyumbang utama penurunan ini dengan total kerugian mencapai US$ 94 miliar, atau sekitar 85% dari total penurunan kekayaan para miliarder. Nasdaq Composite Index turun 3,1%, sedangkan S&P 500 merosot 1,5%.
DeepSeek, perusahaan berbasis di Hangzhou, menjadi perhatian setelah aplikasi chatbot gratis mereka, DeepSeek R1, menduduki puncak tangga unduhan global.
Popularitas aplikasi tersebut menyebabkan lonjakan pengguna baru, sehingga menimbulkan gangguan layanan dan pembatasan pendaftaran bagi pengguna dengan nomor telepon Tiongkok.
Baca Juga: 8 Merek Mobil yang Disukai Orang-Orang Kaya Dunia, Nomor 1 Honda
Kemunculan DeepSeek dengan biaya pengembangan hanya US$ 5,6 juta menantang paradigma investasi besar Silicon Valley. Model ini dianggap mampu menyaingi sistem seperti ChatGPT dan Claude dari Anthropic, yang membutuhkan belanja modal besar untuk pengembangan dan operasional.
Perubahan Peta Persaingan
Sejak peluncuran ChatGPT oleh OpenAI pada 2022, valuasi perusahaan teknologi berbasis AI melonjak. Investasi besar, terutama untuk pembelian semikonduktor dan energi, menjadi strategi utama perusahaan-perusahaan seperti Meta, Alphabet, dan Microsoft.
Namun, keberhasilan DeepSeek menunjukkan bahwa efisiensi dapat menggantikan ketergantungan pada belanja modal besar.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengumumkan rencana belanja hingga US$ 65 miliar untuk proyek AI tahun ini. Belanja modal perusahaan teknologi besar diperkirakan mencapai US$ 200 miliar pada 2025.
Meski pendapatan dari investasi ini masih terbatas, pasar terus menghargai saham teknologi AS dengan valuasi tinggi, memberikan keuntungan besar bagi para pemiliknya.
Baca Juga: Aksi Jual Saham Teknologi Melebar ke Jepang Saat DeepSeek Memicu Pemikiran Ulang AI
Keberhasilan DeepSeek yang tidak bergantung pada chip canggih didukung oleh keterbatasan akses perusahaan Tiongkok terhadap GPU mutakhir akibat kontrol ekspor AS.
Namun, menurut Alexandr Wang, CEO Scale AI, laboratorium Tiongkok kemungkinan memiliki lebih banyak GPU Nvidia H100 daripada yang diperkirakan publik. Wang menyebut DeepSeek memiliki sekitar 50.000 H100, meski keberadaannya tidak diungkap secara resmi karena berpotensi melanggar kontrol ekspor.
Meski banyak miliarder mengalami kerugian, beberapa di antaranya justru mencatatkan keuntungan. Zuckerberg, misalnya, mencatatkan kenaikan kekayaan sebesar US$ 4,3 miliar, sementara kekayaan Jeff Bezos bertambah US$ 632 juta.
Fenomena ini menunjukkan perubahan signifikan dalam lanskap industri AI global, dengan DeepSeek muncul sebagai pesaing yang mengancam dominasi perusahaan Barat.