kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

ADB: Outlook ekonomi emerging Asia semakin gelap


Rabu, 25 September 2019 / 09:32 WIB
ADB: Outlook ekonomi emerging Asia semakin gelap
ILUSTRASI. Pemukiman dan perkantoran kota Mumbai


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MANILA. Meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China telah menggelapkan outlook ekonomi negara berkembang di Asia. Asian Development Bank mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia diprediksi akan melambat dari ramalan sebelumnya.

Negara-negara berkembang di Asia terdiri dari 45 negara di seluruh Asia dan Asia Pasifik. Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi kawasan ini kemungkinan hanya akan tumbuh 5,4% tahun ini dan 5,5% tahun depan. Prediksi itu turun dari perkiraan pertumbuhan yang dibuat pada Juli sebesar 5,7% dan 5,6%.

Dalam laporan teranyarnya, ADB mengatakan pertumbuhan di wilayah ini adalah 5,9% pada 2018. "Konflik dagang antara Republik Rakyat Tiongkok dengan AS bisa berlanjut  hingga 2020. Sementara, negara-negara ekonomi besar kemungkinan harus berjuang lebih keras dibanding yang kita antisipasi saat ini," jelas Yasuyuki Sawada, kepala ekonom ADB, seperti yang dikutip Reuters.

Baca Juga: Ini dampak kesenjangan perdagangan global senilai US$ 1,5 triliun hasil survei ADB

Perselisihan antara dua ekonomi terbesar di dunia sudah berlarut-larut selama lebih dari setahun. Kedua negara menaikkan tarif dengan nilai miliaran dollar untuk barang-barang produksi masing-masing negara. Pembicaraan tingkat tinggi
antara keduanya dijadwalkan awal Oktober.

ADB melihat, perekonomian China mungkin akan tumbuh 6,2% tahun ini. Angka ini lebih lemah dari proyeksi 6,3% pada bulan Juli. Pertumbuhan di China daratan diproyeksikan akan melambat lebih lanjut menjadi 6,0% pada tahun 2020. Adapun China menargetkan pertumbuhan ekonominya bisa mencapai 6,0% hingga 6,5% pada 2019.

Seiring dengan melemahnya momentum perdagangan, ADB juga melihat penurunan investasi sebagai risiko utama bagi prospek pertumbuhan ekonomi kawasan. Jika dilihat berdasarkan sub-wilayah, Asia Selatan akan tetap mengalami pertumbuhan paling cepat di Asia Pasifik, meskipun setelah ADB memangkas prospek 2019 menjadi 6,2% dari sebelumnya 6,6%.

Baca Juga: Pemerintah tambah utang sebesar US$ 2 miliar, setara Rp 28 triliun hingga Juli

Di sini, ADB juga memangkas estimasi pertumbuhannya untuk India menjadi 6,5% dari sebelumnya 7,0%. Di sisi lain, ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan India sebesar 7,2% untuk tahun depan.

Pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara juga diperkirakan melambat di akhir 2019 menjadi 4,5% dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya 4,8%. Padahal pada tahun lalu, pertumbuhannya mencapai 5,1%.

Tak hanya itu, kata ADB, negara-negara berkembang Asia juga harus berurusan dengan kenaikan harga makanan. Alhasil, prakiraan inflasi 2019 dan 2020 untuk kawasan ini naik menjadi 2,7% dari sebelumnya 2,6%.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×