Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Donald Trump menghadapi konflik dengan CIA terkait janji untuk merilis berkas rahasia tentang pembunuhan John F Kennedy.
Melansir The Telegraph, selama kampanye Trump berjanji untuk merilis "semua dokumen yang tersisa" terkait penembakan tahun 1963, yang telah menjadi subjek teori konspirasi yang telah lama beredar.
Pencalonan Robert F Kennedy Jr, keponakan mantan presiden, sebagai menteri kesehatan Trump, telah memberikan dorongan baru untuk seruan agar berkas tersebut dipublikasikan.
Setelah menerima dukungan Kennedy pada bulan Agustus, presiden terpilih tersebut mengatakan bahwa ia akan membentuk satuan tugas untuk merilis dokumen tersebut sebagai "penghormatan untuk Bobby".
Kennedy, yang mengklaim CIA terlibat langsung dalam pembunuhan pamannya, tahun lalu meluncurkan petisi yang menyerukan agar pemerintahan Biden merilis catatan terakhir pemerintah untuk "membantu memulihkan" kepercayaan pada pemerintah.
Baca Juga: Biden Izinkan Ukraina Gunakan Rudal ATACM untuk Serangan Lebih Dalam ke Wilayah Rusia
Para ahli yakin Trump akan menghadapi masalah jika badan intelijen itu menolak merilis dokumen tersebut saat ia kembali ke Gedung Putih.
"Akan ada konflik," Jefferson Morley, seorang ahli dan editor JFK Facts, memperingatkan.
Pihak lain telah memperingatkan bahwa bentrokan dengan CIA tidak dapat dihindari saat ini, mengingat Trump berulang kali mengklaim bahwa ia akan merilis dokumen tersebut.
Gerald Posner, penulis Case Closed, mengatakan: "Saya pikir Trump telah mengunci dirinya dalam posisi di mana ia harus merilisnya."
Trump mengkritik keras CIA karena menjadi bagian dari "negara gelap" yang bekerja melawannya.
Kekhawatiran akan bentrokan lebih lanjut dengan badan intelijennya sendiri meningkat minggu ini setelah Trump menunjuk Tulsi Gabbard, yang memiliki sejarah menunjukkan dukungan untuk Kremlin, sebagai direktur intelijen nasional.
Baca Juga: Xi Jinping Berjanji Menjalin Kerjasama dengan Donald Trump
Gabbard sebelumnya menyalahkan invasi Moskow ke Ukraina pada perluasan NATO dan menentang intervensi AS di Suriah. Dia bahkan bertemu secara pribadi dengan Bashar al-Assad, diktator Suriah, dan menyatakan bahwa dia "bukan musuh Amerika Serikat".
Seorang veteran Irak dan mantan kandidat presiden Demokrat, Gabbard meninggalkan partai pada tahun 2022 sebelum mendukung Trump awal tahun ini. Pengangkatannya telah memicu kekhawatiran dalam lingkaran intelijen Barat.
Sir Richard Dearlove, mantan kepala Mi6, mengatakan kepada The Telegraph: "Ini adalah pengangkatan yang tidak biasa. Dia tidak memiliki pengalaman dalam intelijen dan keamanan."
Berdasarkan Undang-Undang Pengumpulan Catatan Pembunuhan Presiden John F. Kennedy tahun 1992, semua dokumen pemerintah tentang pembunuhan tersebut harus dipublikasikan paling lambat Oktober 2017.
Namun, undang-undang mengizinkan penundaan penerbitannya karena alasan keamanan nasional dan privasi.
Tonton: Muslim Pendukung Trump Kecewa dengan Pilihan Kabinet Pro-Israel
Di bawah pemerintahan sebelumnya, Trump telah berjanji untuk membuka sisa 15.000 dokumen yang berisi penyuntingan tetapi kemudian diduga dibujuk untuk tidak melakukannya oleh Mike Pompeo, direktur CIA-nya.
Joe Biden merilis sebagian berkas yang tersisa di bawah pemerintahannya, mengurangi jumlahnya menjadi 3.500 berkas yang belum diserahkan. Tetapi batas waktu untuk merilisnya diundur karena penundaan terkait Covid.
Trump juga menghadapi tekanan untuk merilis informasi intelijen AS tentang asal mula Covid.