kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   -21.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.620   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Airfinity: Kematian Akibat COVID di China Bisa Meroket jadi 9.000 per Hari


Jumat, 30 Desember 2022 / 06:38 WIB
Airfinity: Kematian Akibat COVID di China Bisa Meroket jadi 9.000 per Hari
ILUSTRASI. Airfinity memprediksi, sekitar 9.000 orang di China kemungkinan meninggal dunia setiap hari akibat COVID-19. REUTERS TV via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Menurut perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity, sekitar 9.000 orang di China kemungkinan meninggal dunia setiap hari akibat COVID-19. Angka itu melonjak hampir dua kali lipat perkiraannya dari seminggu yang lalu, ketika infeksi menyebar di negara berpenduduk paling padat di dunia itu.

Mengutip Reuters, infeksi COVID mulai menyebar ke seluruh China pada bulan November, meningkat pesat bulan ini setelah Beijing menghapus kebijakan nol-COVID. Ini juga termasuk pengujian PCR reguler pada populasinya dan publikasi data kasus tanpa gejala.

Dalam pernyataan resminya, Airfinity mengatakan, kematian kumulatif di China sejak 1 Desember kemungkinan mencapai 100.000 dengan total infeksi 18,6 juta. 

Dikatakan, angka itu didapat dengan menggunakan pemodelan berdasarkan data dari provinsi China sebelum perubahan baru-baru ini untuk melaporkan kasus yang ada.

Airfinity memperkirakan infeksi COVID China mencapai puncak pertama pada 13 Januari dengan 3,7 juta kasus sehari. Prediksi tersebut berbeda jauh dengan jumlah kasus yang hanya mencapai ribuan yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan China setiap harinya.  

Airfinity juga memperkirakan, angka kematian akibat COVID bakal mencapai puncaknya pada 23 Januari sekitar 25.000 per hari, dengan kematian kumulatif mencapai 584.000 sejak Desember.

Baca Juga: Amerika Serikat Akan Mewajibkan Negatif Tes COVID Bagi Pelancong dari China

Sejak 7 Desember ketika China mengubah kebijakannya secara tiba-tiba, pihak berwenang baru melaporkan 10 kematian akibat COVID.

Pejabat kesehatan China baru-baru ini mengatakan, mereka mendefinisikan kematian akibat COVID adalah seseorang yang meninggal karena gagal napas yang disebabkan oleh COVID-19, tidak termasuk kematian akibat penyakit dan kondisi lain bahkan jika almarhum dinyatakan positif terkena virus tersebut.

Pada 28 Desember, jumlah kematian resmi COVID China mencapai 5.246 sejak dimulainya pandemi pada tahun 2020.

Airfinity memperkirakan 1,7 juta kematian di seluruh China pada akhir April.

Menurut situs webnya, pada tahun 2020 ia membangun "platform analisis dan intelijen kesehatan COVID-19 khusus pertama di dunia".

Kepala ahli epidemiologi China Wu Zunyou mengatakan pada hari Kamis bahwa tim di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China berencana untuk menilai kematian secara berbeda.

Baca Juga: Pemerintah Diminta Waspada Terhadap Peningkatan Kasus Covid-19 di China

Tim akan mengukur perbedaan antara jumlah kematian dalam gelombang infeksi saat ini dan jumlah kematian yang diperkirakan seandainya epidemi itu tidak pernah terjadi, kata Wu kepada wartawan dalam sebuah pengarahan.

Dengan menghitung apa yang disebut "kematian berlebih", China akan dapat mengetahui apa risiko yang berpotensi diremehkan atau diabaikan.



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×