kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akibat corona, pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN semakin menantang


Selasa, 17 Maret 2020 / 20:02 WIB
Akibat corona, pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN semakin menantang
ILUSTRASI. Warga mengenakan masker di Singapura. Akibat corona, pertumbuhan ekonomi di negara Asean semakin menantang. REUTERS/Edgar Su


Reporter: Umar Tusin | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merebaknya virus corona, membuat pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN semakin menantang. Bedasarkan riset DBS yang terbit 10 Maret, Singapura adalah negara yang pertama kali melakukan larangan perjalanan kepada orang yang memiliki riwayat perjalanan ke negara China. 

Kebijakan tersebut diperkirakan akan mengakibatkan penurunan wisatawan sebanyak satu juta orang di setiap tiga bulan pelarangan perjalanan.

Baca Juga: Malaysia berhasil kembalikan dana senilai US$ 323 dari kasus korupsi 1MDB

Seiring dengan gangguan rantai pasokan dari China yang akan berdampak langsung pada sektor manufaktur Singapura, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama dipastikan akan turun ke negatif. 

Pemerintah Singapura mengatakan negaranya telah mengalami defisit anggaran sebesar SGD 10,95 miliar atau 2,1% dari PDB.

Sedangkan bagi Malaysia, dampak virus corona terhadap pariwisata bisa sangat kecil jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Akan tetapi, Malaysia diprediksi akan merasakan tekanan pada bidang ekspor dan melemahnya permintaan domestik. 

Hal tersebut terjadi karena China menyumbang 14,2% dari total ekspor Malaysia dan banyak proyek infrastruktur berskala besar di Malaysia melibatkan mitra China.

Baca Juga: Terdampak corona, industri penerbangan AS minta kucuran dana US$ 50 miliar

“Ini akan memiliki efek konsekuensi pada konsumsi domestik, terlepas dari ketidakpastian dari pergolakan politik baru-baru ini,” ujar ekonom Irvin Saeh dalam riset DBS.

Melihat penurunan harga minyak beberapa hari lalu, DBS melihat pertumbuhan PDB pada semester pertama 2020 diperkirakan akan tetap di bawah 3,5%, sebelum kembali ke atas 4,5%. 

“Karena itu, kami telah menurunkan pertumbuhan PDB setahun penuh menjadi 4,0%, turun dari 4,6% sebelumnya,” ujar ekonom Radhika Rao dalam riset DBS. 

Baca Juga: Sejak awal tahun, kekayaan Pemilik Facebook Mark Zuckerberg lenyap US$ 22,1 miliar

Pemerintah Malaysia telah meluncurkan paket stimulus fiskal sebesar MYR 20 miliar untuk meredam perekonomian, tetapi menurut riset DBS efeknya hanya akan terasa di paruh kedua.

Kemudian, dalam riset DBS, pada bulan Maret Bank Indonesia (BI) meluncurkan beberapa langkah untuk menstabilkan nilai rupiah. Pertama adalah menurunkan rasio persyaratan cadangan USD (RRR) 4% menjadi 8% saat ini. 

Kedua menurunkan RRR sebesar 50 basis point (bps) untuk bank dengan klien yang terlibat dalam kegiatan ekspor impor. Kemudian BI juga telah secara aktif melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai rupiah dan pasar obligasi

Baca Juga: Filipina lockdown Pulau Luzon, pelanggar karantina bakal ditangkap




TERBARU

[X]
×